Find Us On Social Media :

Pernah Jadi Kekuatan Tempur yang Tangguh, Brimob Merasa Perlu Bekali Diri dengan Senjata Mematikan

By Ade Sulaeman, Rabu, 11 Oktober 2017 | 13:30 WIB

Intisari-Online.com - Kontroversi pembelian senjata tempur berupa peluncur granat buatan Bulgaria, Stand Alone Grenade Launcher (SAGL) oleh Brimob Polri akhirnya mereda setelah senjata penghancur yang memang sangat mematikan itu amunisinya disimpan di gudang TNI.

Penyimpanan amunisi tempur mematikan itu dianggap tepat karena dalam pertempuran yang sesungguhnya tugas menghancurkan musuh negara, terutama gerakan pemberontakkan bersenjata memang merupakan wewenangnya TNI.

Setelah secara institusi Polri dan TNI dipisahkan, yakni TNI di bawah Kementerian Pertahanan dan Polri di bawah Presiden, tugas Polri termasuk Brimob memang mengurusi keamanan yang bersifat sipil.

Sedangkan TNI bertugas sebagai pasukan tempur untuk menghadapi musuh bersenjata baik yang ingin menyerang dari dalam maupun dari luar negara.

Untuk menangani aksi terorisme misalnya, karena teroris merupakan sipil bersenjata, bukan pasukan reguler atau pasukan pemberontak yang ingin memisahkan diri dari NKRI, maka untuk menangani aksi terorisme personel Polri-lah yang harus turun.

Tapi dalam menghadapi masalah terorisme dalam skala besar Polri bisa meminta bantuan TNI untuk kemudian secara bersama-sama memerangi aksi terorisme.

Dari latar belakang sejarahnya, dulu Brimob sebenarnya merupakan pasukan tempur ala militer yang pernah berjaya dalam operasi penumpasan pemberontakkan seperti DI/TII, PRRI, terlibat dalam operasi tempur Trikora dan Dwikora, diterjunkan dalam misi tempur membebaskan Irian Barat, bertempur di Timor-Timur dan lainnya.

Meskipun saat ini Brimob bertugas untuk menegakkan hukum bagi warga sipil tapi dengan munculnya aksi terorisme dan gerakan separatis bersenjata, Brimob mau tak mau harus bertempur seperti militer demikian juga persenjataan pendukungnya.

Dengan latar belakang pernah dididik dan digembleng selayaknya pasukan tempur seperti militer, maka menjadi masuk akal jika Brimob, sesuai tantangan yang harus dihadapi bisa memiliki kemampuan tempur yang memadai.

Maka tidak mengherankan jika Brimob pernah meminta dilatih Kopassus demi memiliki kemampuan sesuai tantangan tugasnya.

Bahwa Brimob bisa dilatih sehingga memiliki kemampuan tempur seperti TNI memang hanya Presiden yang bisa menentukannya.

Namun, ketika Indonesia harus menghadapi serangan militer dari negara lain maka pasukan TNI dan Polri memang harus bersatu padu dengan mendapatkan dukungan dari rakyat.

Pada saat seperti itulah senjata mematikan SAGL bisa digunakan untuk melawan serangan musuh demi membela bangsa dan negara.