Penulis
Intisari-Online.com -Sebongkah es beku memiliki kekerasan yang cukup untuk menyakiti bila terlempar mengenai kepala kita.
Bongkahan es itu di sebut juga es batu bukan hanya karena bentuk tetapi juga kekerasannya.
Bila kita menggenggamnya erat-erat, maka tangan kita tidak akan merasa nyaman, melainkan justru kedinginan menusuk yang kita rasakan.
(Baca juga:Tidak Ada yang Dihormati Kecuali Ia Rendah Hati)
Saat kita masukkan bongkahan es batu itu ke dalam gelas berisi air, maka es batu itu tidak saja mencair, tapi juga mampu mendinginkan air di dalam gelas itu.
Kita pun memiliki es batu berupa "kepala batu", begitu tinggi harga diri seakan merasa paling unggul dan mulia di banding yang lain tanpa menyadari kepala batu dapat menyakiti sekitar kita.
Semakin kita mempertahankan "kepala batu",sebenarnya hanya membuat semakin berat dan besar beban yang harus dipikul akibat kita sendiri.
Seandainya "kepala batu" itu dapat kita cairkan seperti es batu yang perlahan tapi pasti mencair di dalam gelas air, maka kita akan memperoleh suasana yang sejuk dan memberi manfaat bagi banyak orang di sekitar kita.
Es batu itu adalah "konsep diri" kita yang seringkali memupuk ego bukannya Kerendahan Hati. Menumpuk gengsi demi harga diri yang se-olah-olah sejati padahal semu.
(Baca juga:Ada Teman Anda yang Rendah Diri, Lakukan Ini untuk Menolongnya)
Menempatkan martabat setinggi-tingginya dengan pengertian itulah tujuan hidup mulia walau sesungguhnya justru itulah penyebab kehancuran.
Air di gelas adalah Kerendahan Hati yang mampu mencairkan kebekuan, meluruhkan kesombongan, menyejukkan bara angkara.
Dan pada akhirnya Menumbuhkan Kebijaksanaan. Namun tetaplah mawas, karena air yang membeku akan menjadi es batu. (BMSPS)
(Baca juga:Sesombong Apakah Diri Anda? Kuis Ini akan Membongkarnya)