Find Us On Social Media :

Hidup Itu Seperti Sungai, Selalu Berubah dan Bergerak

By Moh Habib Asyhad, Jumat, 29 September 2017 | 21:00 WIB

Intisari-Online.com – Tom sedang dalam perjalanan mingguannya bersama mentornya, Brian, saat ia berkomentar tidak ingin bekerja untuk mengembangkan dirinya lagi.

Mereka berjalan melewati sungai, saat Tom berkata, “Setiap minggu Anda menyuruh saya untuk belajar sesuatu atau tumbuh di area tertentu.

Terus terang, saya sedikit muak dan tidak mau berubah lagi. Mengapa saya tidak bisa tetap seperti saya? Bukankah itu cukup bagus?”

(Baca juga: Hidup itu Seperti Kantin: Kita Mendapatkan Barang yang Harganya Bisa Kita Bayar)

Brian melihat ke sungai dan menunjukkan seekor ikan mati.

“Katakan padaku Tom, ada apa di sana?”

“Itu ikan mati, tapi apa hubungannya dengan saya?”

“Apa yang ikan itu lakukan?”

“Ia mengambang di hilir mengikuti arus. Tetapi apa hubungannya dengan saya?”

“Tapi ikan itu ‘kan mati, bagaimana bisa bergerak?” tanya sang mentor, mengabaikan rasa frustasi muridnya.

“Ikan itu bergerak karena arus sungai bergerak, tapi apa hubungannya dengan saya?” tanya tom lagi dengan putus asa.

Brian berpaling kepada pemuda itu dan berkata, “Hidup itu seperti sungai. Selalu berubah dan selalu bergerak. Beberapa orang tidak ingin berubah, namun kenyataan hidup membawa mereka berubah, tidak dengan cara yang mereka kontrol.

Jika Anda memilih untuk tidak mengembangkan diri, keterampilan Anda akan atrofi, sikap Anda akan menjadi lebih negatif dan Anda akan menjadi kurang berguna bagi dunia.

Anda mungkin berpikir bahwa Anda tidak berubah, tapi orang lain akna memperhatikan perbedaannya. Jadi, Anda punya pilihan.

Anda dapat mengambil tindakan untuk mengendalikan perubahan yang Anda alami, atau Anda bisa menjadi korban arus, berubah dengan cara halus yang pasti akan berdampak pada masa depan Anda secara negatif.

Tapi perlu Anda ingat bahwa Anda tidak dapat memilih untuk tidak berubah, karena perubahan tidak bisa dihindari.

Anda hanya bisa memilih menjadi ikan mati yang mengambang di sepanjang sungai atau ikan hidup yang mengendalikan tujuannya.”

Tom mengangguk kecewa, karena ia tahu mentornya itu benar.

Ia telah melihatnya di dalam ayahnya sendiri yang telah berhenti belajar dan tumbuh bertahun-tahun yang lalu dan sekarang merupakan cangkang manusia yang biasa.

Bertekad untuk tidak menjadi seperti ayahnya, ia pulang dan memutuskan untuk melakukan semua yang ia bisa untuk melanjutkan proses belajarnya.

(Baca juga: Hidup Itu Seperti Harga yang Layak Kita Berikan)

Bagaimana dengan kita?

Apakah kita melawan pertumbuhan pribadi dan dengan berbuat demikian menjadi ikan mati?

Atau apakah kita terfokus dan bertekad untuk melanjutkan jalan perkembangan pribadi yang menantang dan tidak pernah berakhir?