Advertorial

Dari Pankreas Rusak hingga Insulin Seumur Hidup, Inilah Hal yang Wajib Diwaspadai jika Air Kencing Anak Dikerubuti Semut

K. Tatik Wardayati
,
Ade Sulaeman

Tim Redaksi

Ternyata, masalah diabetes bukan hanya milik orang dewasa. Siapa pun dia dan berapa pun umurnya, bisa terkena.
Ternyata, masalah diabetes bukan hanya milik orang dewasa. Siapa pun dia dan berapa pun umurnya, bisa terkena.

Intisari-Online.com – Diabetes atau sering disebut “kencing manis” cuma masalahnya orang dewasa? Oh tidak. Siapa pun dia dan berapa pun umurnya, bisa terkena.

Bahkan belakangan diabetes semakin sering ditemukan pada anak-anak. Salah satu cara mudah mengetahuinya, meski harus ditindaklanjuti pemerikaan medis, air kencingnya dikerubuti semut.

Simak tulisan Febriana Firdaus, seperti pernah dimuat di Majalah Intisari Health 2016, berikut ini.

Salah satu diabetesi anak adalah Mohamad Firas. Ketika masih duduk di kelas 2 SMP, ia bermasalah dengan kesehatannya. Berat badannya terus turun meskipun nafsu makannya tinggi.

Baca Juga : Tangan dan Kaki Anda Dingin? Waspadai Peredaran Darah Buruk hingga Diabetes Sebagai Penyebabnya

Makannya banyak, minumnya juga banyak karena cepat merasa lapar dan haus. Malam hari, ia sering harus bangun dari tidur untuk buang air kecil.

Firas beruntung orangtuanya cukup tanggap. Ia segera diantar ke dokter yang segera mengenali penyakitnya itu. Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan, ia dinyatakan menderita diabetes melitus (DM) tipe 1.

Saat itu keluarganya cuma bisa heran, anak kok divonis diabetes. Dipikirnya selama ini diabetes cuma diderita orang dewasa.

Nasib Firas juga bisa diderita anak-anak lain. Mungkin saja sebagian dari mereka tidak segera mendapat perawatan yang tepat.

Baca Juga : Memasak Nasi dengan Minyak Kelapa Dapat Turunkan Risiko Diabetes, Begini Cara Membuatnya

Pankreas rusak

Mari kita kenali dulu si DM ini. Berdasarkan jenisnya, ia dikelompokkan menjadi tipe-1, tipe 2, tipe Iain-lain, dan DM gestasional. Orang dewasa biasanya terkena DM tipe 2, yang muncul karena hormon insulin (pengatur kadar gula darah) tidak berfungsi normal.

Pada DM tipe-1, masalahnya lebih mendasar lagi. Hormon insulin tidak diproduksi lagi karena pankreas (pabriknya insulin di tubuh) rusak permanen. Diabetes tipe ini biasanya dijumpai pada anak-anak.

Data dari Unit Kerja Koordinasi (UKK) Endokrinologi Ikatan Dokter Anak Indonesia menunjukkan, anak usia lima tahun pun bisa mengidap DM tipe-1. Sementara, data dari American Diabetes Association menunjukkan, penderita DM tipe 1 berjumlah sekitar 5 - 10% dari keseluruhan penderita diabetes.

Adapun DM tipe lain-lain adalah diabetes yang terjadi karena penyakit tertentu seperti talasemia, sindrom down dan DM gestasional yang terjadi pada ibu hamil.

Baca Juga : Diet Nasi Dijamin Turunkan Risiko Diabetes dan Obesitas, Tapi Jangan Asal

Dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A (K), konsultan endokrinologi anak, menyatakan 20% penyebab DM tipe 1 adalah faktor keturunan, baru sisanya karena faktor Iain. Sebagian faktor tersebut hingga saat ini masih belum jelas.

Karena faktor keturunan, orang tua diabetesi memiliki risiko lebih besar mewarisi penyakit ini kepada anaknya. Tapi anak yang orang tuanya normal juga bisa terkena. Pankreas bisa rusak misalnya akibat virus. Karena itu orang tua yang diabetesi perlu waspada ekstra.

Anak dengan DM tipe 1 mengalami gejala yang sama seperti orang dewasa dengan DM tipe 2. Misalnya, cepat haus, sering kencing, cepat lapar, berat badan turun terus, dan mengompol (tanpa pandang usia). Kalau anak sudah mengalaminya, orangtua harus waspada.

Awalnya mungkin sepele, anak sering kencing di malam hari. Waspadalah jika anak yang sepatutnya sudah tidak ngompol, ternyata ngompol. Aman menilai, kewaspadaan terhadap DM tipe 1 di Indonesia masih terbilang rendah.

Baca Juga : Bukan Merokok, Ini Penyebab Terbesar yang Bisa Sebabkan Diabetes dan Penyakit Jantung

Ini wajar karena masyarakat belum begitu mengenalnya. Akibatnya, anak yang menderita terlambat didiagnosis. Padahal diyakini masih banyak yang tidak dibawa ke dokter ahli endokrinologi.

Angka tadi diperkirakan cuma 30% saja dari jumlah total penderita. Dari 392 pasien tadi, 56% datang ke dokter dalam kondisi ketoasidosis. Begitu berobat langsung masuk ruangan intensive care unit (ICU) karena kesadarannya menurun akut.

Mengancam jiwa

Tubuh penderita DM tipe 1 selalu kekurangan insulin. Hormon ini diperlukan agar glukosa bisa dirombak menjadi energi. Jika mekanisme itu terganggu, tubuh menggunakan otot dan lemak sebagai sumber energi.

Tapi pembakaran keduanya sebagai sumber energi menghasilkan produk sampingan yang disebut badan keton. Jika badan keton terakumulasi dalam darah, akibatnya darah menjadi lebih asam lalu timbul keracunan keton yang disebut ketoasidosis.

Baca Juga : Manfaat Lidah Buaya: Obat Kanker, Diabetes, hingga Kolesterol

Terlambatnya penanganan bisa menyebabkan penderita mengalami ketoasidosis parah yang akibatnya bisa sampai mengancam jiwa. Ironisnya, pasien ketoasidosis yang meninggal biasanya divonis meninggal karena gagal napas atau asidosis.

Dokter mungkin mengesampingkan dugaan DM tipe 1. Padahal biang keladinya kadar insulin yang rendah. Pasien yang keburu meninggal dunia tentu penyakitnya tidak sempat tercatat. Inilah mengapa banyak pasien DM tipe 1 di Indonesia tidak terdata.

Perlu insulin seumur hidup

DM saat ini belum bisa diobati dan baru bisa dikelola. Ini memang kabar buruk, terutama buat penderita DM tipe 1. Fakta ini harus diterima secara lapang dada oleh pasien dan keluarganya.

Meski begitu, pasien tetap punya kesempatan besar untuk memiliki kualitas hidup yang baik seperti orang sehat. Ini kabar baiknya.

Baca Juga : Waspada! Bau Mulut Terjadi Terus Menerus, Bisa Jadi Gejala Diabetes yang Harus Segera Diatasi

Anak penderita DM tipe- 1 harus mendapat pasokan insulin secara terus-menerus sepanjang hidupnya. Insulin didapatkan melalui suntikan secara berkala atau lewat alat khusus berupa “pompa insulin”.

Untuk bisa hidup sehat penderita harus melakukan kontrol metabolik yang ketat. Kadar glukosa darah harus selalu dijaga berada dalam batas nilai normal atau mendekati normal. Pasien dan keluarganya harus telaten.

Semua aspek hidup anak harus diperhatikan dengan sangat teliti, mulai dari makan, minum, sampai kondisi kejiwaaan anak. Jika mungkin, diabetesi anak idealnya diawasi oleh dokter endokrin anak, ahli gizi, psikolog anak, dan edukator.

Dalam urusan makan dan minum, pasien harus menjalani diet yang seimbang. Kebutuhan kalori per hari harus dihitung dengan memperhatikan usia, jenis kelamin, tingi badan, berat badan, serta data kecukupan kalori yang dibutuhkan. Soal ini, pasien dan keluarga sebaiknya berkonsultasi pada dokter gizi.

Baca Juga : Hal Sepele Ini Ternyata Gejala Awal Diabetes, Kenali Sebelum Parah

Menurut Aman, pola makan pasien DM tipe 1 sebaiknya sama dengan saat pasien belum didiagnosis DM. Menu yang dimakan pasien sebaiknya juga tidak berbeda dari menu yang dimakan oleh keluarga atau teman sebayanya.

Pengaturan makan yang optimal biasanya terdiri atas tiga kali makan utama dan tiga kali makan makanan kecil. Olahraga juga biasanya boleh dilakukan asalkan tidak sampai memicu komplikasi dan tetap memperhatikan kondisi kadar glukosa darah.

Dengan kontrol metabolik yang baik, seorang penderita DM tipe 1 tetap bisa hidup sehat seperti orang kebanyakan.

Mohamad Firas telah membuktikan ini. Sejak kelas 2 SMP ia sudah divonis DM tipe 1, kini ia sedang menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Jakarta. Dengan pola hidup terkontrol, ia tetap bisa tumbuh sehat seperti anak dan remaja kebanyakan.

Baca Juga : Hanya dengan Kentang Mampu Hancurkan Sel Kanker dan Diabetes, Begini Cara Bikinnya!

Aman menuturkan, ada pasien lain yang kini sudah jadi doktor di Institut Pertanian Bogor. Ini tentu kabar baik sekaligus bukti mereka tetap bisa hidup sehat seperti orang kebanyakan. Asalkan disiplin menjalani kontrol.

Silakan daftar IKADAR

Pasien DM tipe 1 sudah memiliki perkumpulan yakni Ikatan Keluarga Penyandang Diabetes Anak dan Remaja (IKADAR). Kegiatannya antara lain diabetes camp, edukasi keluarga, serta penerbitan buletin yang menjadi wadah informasi dan komunikasi antaranggota sekaligus para ahli endokrin se-lndonesia.

Info lebih lanjut silakan hubungi Subbagian Endokrinologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Telepon 021-3100669.

Baca Juga : Kekurangan Membawa Berkah, Orang-orang Cebol di Ekuador ini Kebal Kanker dan Diabetes

Sharing Pompa Insulin

Sehari, pasien DM tipe 1 paling tidak harus mendapat empat kali suntikan hormon insulin. Tentu ini merepotkan. Belum lagi diet makan lewat penghitungan kalori, benar-benar bikin ribet. Kalau caranya begini, sulit bagi seorang diabetesi untuk hidup normal.

Beruntung kini telah ditemukan pompa insulin. Alat ini berfungsi menyalurkan hormon insulin ke dalam tubuh dengan cara kerja pompa otomatis. Pengembangannya sebenarnya sudah sejak tahun 1976.

Namun ketika itu ukurannya superbesar, sebesar tas ransel. Kini pompanya cuma sebesar ponsel. Dengan teknologi komputer, alat ini mampu menyuntikkan hormon insulin ke dalam tubuh secara otomatis sesuai dengan kebutuhan, mirip kerja kelenjar pankreas.

Contohnya insulin yang disuntikkan saat makan siang bisa diatur berbeda dari jumlah yang disuntikkan saat makan cemilan.

Sayangnya harga alat ini masih cukup mahal. Menyiasati ini, IKADAR punya program peminjaman pompa insulin secara cuma-cuma kepada para anggotanya. Mereka cukup menanggung biaya operasional seperti penggantian selang dan kanul (jarum).

Baca Juga : Mudah Dilakukan, Begini Cara Membuat Ramuan Daun Jambu Biji untuk Sembuhkan Diabetes

Artikel Terkait