Advertorial

Oleh-oleh Surabaya yang Beda, Bukan Rawon Bukan Pula Rujak Cingur

Moh Habib Asyhad

Editor

Konon, dulu roti ini dibuat untuk ransum tentara karena keras dan tahan lama.
Konon, dulu roti ini dibuat untuk ransum tentara karena keras dan tahan lama.

Intisari-Online.com – Jajanan satu ini, kompyang, terbilang unik dan legendaris. Menurut asal-usulnya, roti kompyang bukan makanan asli Nusantara tapi berasal dari Cina.

Konon, dulu roti ini dibuat untuk ransum tentara karena keras dan tahan lama.

Berbeda dengan kompyang zaman perang dulu, kompyang masa kini sudah dimodifikasi dan disesuaikan dengan selera sekarang.

(Baca juga:Tanahabang, Solusi Praktis para Jemaah Haji yang Tak Mau Repot Belanja Oleh-oleh Khas Tanah Suci)

Di tangan Ny. Selvy Indrawati, pemilik toko Kompyang Yahud, tekstur roti ini tidak lagi keras tapi lembut dan empuk.

Jajanan khas Tionghoa ini komposisinya sangat sederhana, terdiri atas campuran tepung terigu, garam, gula, dan air.

Meskipun bahannya sederhana, proses pembuatannya membutuhkan ketelatenan luar biasa.

Inilah yang membedakan roti kompyang dengan roti modern yang biasa kita jumpai di pusat-pusat perbelanjaan.

Semua proses pembuatan kompyang dilakukan secara manual. Bahkan, untuk membentuk roti yang bulat pun dilakukan dengan tangan, tidak menggunakan cetakan.

Pertama-tama semua bahan dicampur menjadi adonan. Lalu adonan ini didiamkan dulu sampai mengembang, kemudian dibagi menjadi adonan-adonan kecil, beratnya sekitar 40 g.

Adonan kecil ini selanjutnya didiamkan lagi agar lebih mengembang. Kemudian isian disiapkan.

Isi kompyang ada dua macam. Yang pertama, tumis daging ayam cincang yang dicampur bawang prei, kecap, dan bumbu lain.

Isian kedua berupa rumput laut hitam yang sudah direndam dan dibumbui.

Adonan yang sudah mengembang selanjutnya dipipihkan dan diisi dengan tumis daging ayam, lalu rumput laut, kemudian dilapisi tumis daging ayam lagi.

Setelah itu dibuat menjadi bentuk bulatan yang rapat. Di sinilah perlunya ketelatenan karena bulatan ini harus benar-benar rapat agar tidak pecah saat dipanggang.

"Kulit adonan tidak boleh terlalu tebal atau terlalu tipis,"kata Selvy.

(Baca juga:Masih Liburan Lebaran di Surabaya, Jangan Lupa Icip-icip Jajanan Pasar Blauran)

Bulatan kompyang digulingkan di atas biji wijen dengan sedikit ditekan agar wijen menempel rata.

Biji wijen sebelumnya telah dibasahi dengan air agar wijen lebih rapat dan lebih menempel di permukaan adonan.

Setelah dipanggang sekitar 20 menit, roti kompyang siap dinikmati. Taburan wijen di atas roti inilah yang membuat cita rasa kompyang jadi gurih.

Sedangkan isian tumis ayam manis dan rumput laut yang berwarna hitam menghadirkan rasa manis dan asin. Pas dengan rotinya yang empuk.

Kompyang paling cocok dinikmati sebagai teman minum teh atau kopi. Bisa juga dengan cara dicocolkan ke dalam sambal atau saus tomat.

Rotinya dijamin tetap empuk meskipun sudah lewat satu hari. Tanpa disimpan di kulkas, roti ini bisa tahan hingga tiga hari.

Kalau dimasukkan ke dalam kulkas, malah bisa empat hari. Jika hendak dinikmati, saran Ny Selvy, roti ini tinggal digoreng sebentar saja dengan sedikit margarin.

Satu hal yang harus diingat, Kompyang Yahud hanya dibuat jika ada pesanan. Karena itu, jika Anda berminat, sebaiknya pesanlah satu hari sebelum pengambilan.

Pesanan minimal yang bisa dilayani 25 buah. Roti ini memang cocok dijadikan oleh-oleh karena tahan lama meskipun tidak menggunakan bahan pengawet.

(Baca juga:Bisnis Truk Kuliner Makin Menggiurkan)

Rahasianya ya itu tadi, kompyang ini hanya dibuat berdasarkan pesanan.

Jadi benar-benar fresh from the oven. (Ana/Koes)

Artikel Terkait