Advertorial
Intisari-online.com - Debut F-35 AS (sebenarnya mungkin Israel yang pertama benar-benar menggunakan F-35 dalam pertempuran) nampaknya tidak begitu memuaskan.
Setelah satu pesawat F-35 ditembak jatuh, dikatakan karena rudal S-300 buatan Rusiaoleh Suriah, pesawat kontroversial ini nampaknya sangat membutuhkan "kabar baik".
Namun sayangnya beberapa percobaan nampaknya lagi-lagi tidak sesuai dengan ekspektasi.
Pada tanggal 27 September, Korps Marinir F-35B, berdasarkan kelompok amfibi di Laut Arab, dilaporkan menyerang cache senjata Taliban menggunakan GBU-12 dan bGBU-32 JDAM smart bom.
Baca Juga : Meski Pendeta AS Telah Dibebaskan Turki, Mengapa AS Tak Jadi Kirim Jet Tempur Siluman F-35 Ke Turki?
Pesawat F-35 membawa bom untuk menghancurkan tumpukan AK-47 tua.
Tentu saja Pentagon dan Lockheed Martin dapat membangun sebuah pesawat yang bisa lepas landas dan menjatuhkan bom, begitu juga dengan Wright Brothers (menerbangkan pesawat pertama di dunia yang sukses).
Tetapi F-35, yang harganya hampir 100 juta dolar (Rp1,5 triliun), dibangun untuk bisa lebih dari sekedar itu.
Ini adalah pesawat perang canggih super mahal yang biayanya seharusnya membuat fitur "silumannya" ditakuti, dilengkapi sensor canggih dan kemampuan menghubungkan data.
Baca Juga : Diklaim Pesawat Paling Canggih dan Paling Mahal, F-35 Malah 'Dikandangkan' oleh AS, Ada Apa?
Semuanya terdengar sangat tangguh, tetapi juga membutuhkan lingkungan di mana kemampuan tersebut diuji dan sayangnya bug ditemukan selama pertempuran.
Saat ini, ada pertanyaan tentang apakah F-35 dapat menembakkan meriam atau misilnya secara akurat?
Apakah bug dapat diperbaiki dari perangkat lunaknya?
Dan apakah pesawat itu dapat terbang denganhandal menghindari tabrakan?
Pertama, itu perlu menunjukkan bahwa fitur silumannya memungkinkannya untuk terbang tanpa deteksi di hadapan radar pertahanan udara canggih.
Taliban tidak memiliki itu, tetapi Rusia dan China punya.
Baca Juga : F-35 Mampu Hancurkan Musuh Tanpa Harus Lepaskan Tembakan, Ini Caranya!
F-35 juga perlu membuktikan bahwa ia dapat menolak peperangan elektronik intensif, seperti array jammers dan spoofers Rusia dan China untuk mengganggu komunikasi radio, navigasi GPS dan datalink.
Kemampuan datalink tersebut, memungkinkan F-35 untuk menerima dan meneruskan informasi dan target ke pesawat lain, dapat bekerja di laboratorium.
Sensor pesawat, yang seharusnya memadukan beberapafungsi malahmembuat kekacauan selama pertempuran.
Dan tentu saja, F-35 harus membuktikan bahwa ia memilikikekuatan tempur yang nyata.
Sepertiperlu menghadapi dan menembak jatuh jet musuh tanpa mengambil kerugian, atau setidaknya tidak banyak kerugian.
F-35 harus bertahan dari misil dan senjata anti-pesawat.
Dan, F-35 harus dapat menyerang dengan cara menjatuhkan bom-bomnya dengan andal dan akurat.
Baca Juga : Jika Sampai Pesawat 'Siluman' F-35 Israel Bertemu Rudal S-300 Rusia di Suriah, Siapa yang akan Menang?