Advertorial
Intisari-online.com - Pertumbuhan pasar smartphone memang tak pernah bisa diperdiksi, ada yang sebelumnya memang perkasa di pasar namun perlahan tumbang.
Misalnya Nokia, siapa yang menyangka bahwa raksasa yang berkuasa selama kurang lebih satu dekade ini ternyata tumbang.
Hal itu tak lain dan tak bukan karena persaingan yang begitu ketat, dan salah satau nama yang mungkin cukup berjaya pada era ini adalah Xiaomi.
Pada tahun 2018 ini merek satu ini secara signifikan cukup berpengaruh di pasar smartphone internasional.
Baca Juga : Inilah Ponsel Pertama Samsung yang Dirumorkan Akan Dibuat di Pabrik Xiaomi
Namun sayang, dengan dominasinya, beberpa merek lain justru harus tumbang kerena keganaasan Xiaomi.
Mengutip South China Morning Post, ada sekitar500 merek smartphone di China pada beberapa tahun lalu, tetapi jumlah itu telah berkurang hingga mendekati 100.
Hingga saat ini empat perusahaan terlaris adalah Huawei, Xiaomi, Oppo dan Vivo yang menyumbang lebih dari 45 persen pangsa pasar di Tiongkok.
Lin Renxiang, seorang analis dari perusahaan riset China iResearch, mengatakan bahwa beberapa merek gulung tikar karena dominasi merek tertentu.
Baca Juga : 10 Manfaat Jepan alias Labu Siam yang Jarang Diketahui. Salah Satunya Bisa Tingkatkan Fungsi Otak, Lo!
"Merek yang lebih kecil dijual dengan baik di antara pelanggan tanpa banyak pengetahuan tentang merek besar," kata Lin.
"Dengan bantuan internet dan kampanye pemasaran intensif merek besar, semua orang tahu dan ingin membeli ponsel bermerek besar sekarang." tambahnya.
Menurut Ding Xiuhong, pendiri merek smartphone Dakele awal: "Kompetisi jauh lebih cepat dan lebih kejam dari yang kami harapkan".
Dakele mengatakan pada tahun 2016 pihaknya menangguhkan bisnisnya.
"Raksasa internet memasuki pasar, membuat persaingan menjadi pertempuran yang dapat menghabiskan uang paling banyak," Ding memposting di Weibo, layanan media sosial Twitter-seperti China.
Dakele didirikan pada tahun 2012 dan berbasis di Beijing dan negara tetangga Tianjin.
Itu membuat namanya memproduksi handset lebih murah dengan spesifikasi tinggi.
Dakele bergabung dengan pembuat smartphone lainnya yang memudar termasuk Eton Technology dan K-touch, dua pabrikan China lainnya yang menangguhkan operasinya.
Didirikan pada tahun 2004, Eton yang berbasis di Shenzhen dikenal dengan ponsel dan smartphone dengan harga rendah dengan baterai yang kuat.
Merek Ini bangkrut setelh meninggalkan lebih dari 100 juta yuan Rp220 Milliar dalam utang yang belum diselesaikan, menurutNational Business Daily.
Tidak seperti Eton, K-touch salah satu ponsel yang sempat populer di Indonesia dan pernah menjadi merek terkemuka di China.
Bahkan K-touch adalah vendor telepon seluler No. 3 di negara itu setelah Nokia dan Motorola pada tahun 2009.
Tahun 2015 lalu, perusahaan menangguhkan sebagian besar operasi ponsel cerdasnya karena persaingan yang ketat dan keuntungan yang rendah.
Pertumbuhan pasar smartphone China yang melambat juga memberikan peluang lebih sedikit bagi pemain yang lebih kecil.