Intisari-Online.com - Gunung Anak Krakatau (GAK) di Selat Sunda, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung kembali mengalami erupsi.
Hal ini sesuai dengan pengamatan pada Senin (1/10) hingga Selasa (2/10) dini hari.
Menurut laporan tertulis staf Kementerian ESDM, Badan Geologi, PVMBG, Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau Jumono yang diterima di Bandarlampung, Selasa pagi, periode pengamatan 1 Oktober 2018 pukul 00:00 WIB, secara visual kondisi gunung berkabut 0-III.
Sementara itu, asap kawah tidak teramati dan ombak laut tenang.
Diumumkan pula, tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau mencapai Level II (Waspada).
Karena kondisi ini, masyarakat maupun wisatawan direkomendasikan untuk tidak diperbolehkan mendekati kawasan dalam radius 2 km dari kawah.
Gunung Krakatau Terus Menyemburkan Lahar panas
— Cangkir Kopi (@CangkirKopi14) October 2, 2018
@@RapToR97722061 @@SofieBorneo62 @cunnnabunnn @Dody_Lukas___ @harysantana @armanpaluta @Mrmarshall_rama @KoruptorNegri @elfizal @Cobeh09 pic.twitter.com/1kPShFqMCh
Gunung Anak Krakatau tentu saja memiliki kisahnya sendiri.
Baca Juga : Erupsi, Status Gunung Anak Krakatau Naik Jadi Waspada, Tapi Belum Bahayakan Warga dan Penerbangan
Tak ada "anak" bila tidak ada "ibu", namun ke manakah sosok "Ibu Krakatau" ini?
Mengapa kini hanya ada Gunung Anak Krakatau?
Semua berawal dari letusan Gunung Krakatau pada Agustus 1883.
Ini adalah salah satu letusan gunung berapi paling mematikan dalam sejarah modern. Waktu itu, si "Ibu Krakatau" benar-benar membuat gaduh dunia beserta isinya.
Diperkirakan lebih dari 36 ribu orang meninggal akibat letusan gunung tersebut.
Source | : | Tribunnews.com,livescience.com |
Penulis | : | Adrie Saputra |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR