Advertorial

Ketika Orang Lain Ingin Bekerja di Kantor, Ibu 2 Anak Ini Pilih Bekerja Sebagai Pembersih TKP dan Mayat

Khena Saptawaty
,
Mentari DP

Tim Redaksi

Seorang ibu di Australia menceritakan pekerjaannya sebagai pembersih mayat di TKP. Bisnis yang tidak biasa itu sukses dengan banyak pelanggan.
Seorang ibu di Australia menceritakan pekerjaannya sebagai pembersih mayat di TKP. Bisnis yang tidak biasa itu sukses dengan banyak pelanggan.

Intisar-Online.com – Ketika kebanyakan orang meninggalkan rumah untuk bekerja, mereka memulai rutinitas di sebuah lingkungan yang stabil.

Mereka bekerja di dalam sebuah kantor, gedung pemerintah, restoran, toko atau proyek bangunan.

Tidak demikian halnya dengan Brea Marshall dari Gold Coast, Queensland, Amerika Serikat.

Ibu dua anak berusia 34 tahun itu pergi bekerja di tempat yang sangat tidak biasa, yaitu tempat kejadian perkara (TKP) dan kematian.

Baca juga:Senapan Serbu SS1-V2, Senjata Andalan Satreskrim Polri yang Bikin Nyali para Preman 'Runtuh'

Itu karena profesi Brea adalah seorang pembersih trauma forensik. Ia akan menjadi orang pertama di lokasi setelah sebuah kematian.

Ia bertugas menilai kerusakan, berurusan dengan seseorang yang patah hati, dan secara harafiah membersihkannya setelah malapetaka itu.

Wanita itu bercerita bagaimana ia memulai bisnis keluarga menjadi penyedia layanan yang sukses besar.

Diawali ketika ayahnya terkena stroke, membuat Brea meninggalkan pekerjaanya untuk mengambil alih jalannya bisnis pembersihan dan perbaikan karpet milik ayahnya.

Semula hal itu hanya untuk sementara saja, tetapi dengan cepat ia menyadari tidak ada dua hari yang sama, karena bisnis menjadi berkembang dengan cepat.

Begitu memakai helm, Brea mendapat sebuah permintaan layanannya untuk membersihkan lokasi fatal dan ia mengidentifikasi tempatnya.

“Aku menyadari ada sebuah celah dalam pasaran untuk jenis pekerjaan ini, tidak ada orang yang melakukannya secara profesional di kawasan Gold Coast,” kata Brea Marshall kepada FEMAIL Mail Online, Minggu (27/8/2018).

Wanita itu mengikuti instingnya, mengambil sertifikat nasional pelatihan untuk membersihkan bio-hazard.

Pekerjaanya itu termasuk lokasi kejahatan, lokasi mengerikan dan kematian, bunuh diri, dan membersihkan darah dan cairan tubuh.

Baca juga:Asian Games 2018: Pencak Silat Beri Emas ke-13 bagi Indonesia

Dalam waktu singkat bisnis itu menjadi penyedia layanan terpercaya bagi banyak organisasai, seperti Jawatan Kereta Api Queensland dan Kepolisian.

Menggambarkan cinta dan komitmennya pada pekerajaan, Brea mengatakan ia menikmati berjalan ke tempat kerja tanpa mengetahui apa yang akan dihadapinya hari itu.

“Anda tidak pernah tahu seberapa besar atau kecil sebuah pekerjaan yang akan dihadapi, tidak juga emosi penderitaan orang-orang yang terlibat,” kata Brea lagi.

Mengatasi situasi sulit yang luar biasa yang sering kali melibatkan kematian tentunya menimbulkan momen-momen stres yang hebat dan kecemasan tingkat tinggi.

Hal itu juga membuat Brea berurusan dengan teman, anggota keluarga, tetangga, dan pihak ketiga seperti pemilik tanah.

Menurut Brea, pekerjaannya bisa merupakan sebuah pembersihan sederhana seperti sebotol darah.

Atau, kematian tidak diketahui yang sudah membusuk selama lebih dari seminggu dalam cuaca lembab.

Wanita itu teringat ketika mendatangi apartemen studio seorang manula yang telah meninggal di pertengahan musim panas.

Ketika mayat ditemukan, sudah lebih dari empat minggu sepanjang musim terpanas yang tercatat.

Para tetangga mengeluh bau busuk dan seseorang mendobrak pintunya.

“Aku belum pernah selama hidupku mencium bau seperti itu, banyak orang tidak menyadari apa yang terjadi dengan tubuh anda ketika anda mati,” kata Brea.

Brea dan timnya harus membersihkan tempat tersebut, sebuah proses mengerikan yang memakan waktu dua minggu.

Akibatnya, pekerjaan itu mempengaruhi emosi staf Brea.

Hal itu mendorongnya untuk menerapkan protokol keras bagaimana mengatasi suatu tugas dalam sebuah tatacara sensitif bagi semua orang yang terlibat.

Baca juga:Jadi Bintang Model Rambut Pertama, Inilah 7 Bersaudari yang Miliki Rambut Sepanjang 11 Meter

Itu sebabnya, Brea menyeimbangkan kariernya yang serius dan seringkali penuh stres secara psikologi, dengan menjadi seorang ibu yang ‘banyak akal’.

Wanita itu menambahkan, pekerjaannya itu bukan tipe pekerjaan dari jam 9 pagi hingga jam 5 sore, karena ia bisa mendapat panggilan kapanpun.

“Aku sedang mengantar anak-anak ke sekolah dan mereka berteriak-teriak di kursi belakang saat aku mendapat panggilan dari seorang anggota keluarga yang kebingungan tentang sebuah tindakan bunuh diri,” cerita Brea.

Bagi Brea, itulah bagian tersulitnya.

Dalam pengalamannya, bunuh diri merupakan kasus umum terbanyak dari kematian di tempat yang sedang dibersihkannya.

Ada beberapa di antaranya tanpa nama dan sayangnya orang masuk ke hotel dengan maksud bunuh diri.

“Itu sebuah even yang sangat umum dan traumatis luar biasa bagi setiap orang di sekitar tempat tersebut,” kata Brea.

Saat ditanyakan apa dampaknya menjadi seorang pembersih forensik dalam kehidupan perspektifnya, Brea memberi ungkapan yang jujur.

Ia bilang, pekerjaan itu dirinya benar-benar percaya bahwa kematiah adalah sebuah fakta hidup.

"Itu membuat aku memeluk erat anak-anakku. Anda tidak akan pernah menginginkan seorang yang anda cintai mati sendirian atau dibiarkan tidak ditemukan,” katanya pada Gold Coast Bulletin.

Baca juga:Palestina dan Suriah Berpartisipasi, Mengapa Israel Tidak Tampil di Asian Games 2018?

Artikel Terkait