Advertorial
Intisari-Online.com – Senyum dan asal-usulnya yang misterius men]adi teka-teki selama hampir lima ratus tahun. Siapakah Monaiisa itu? Seorang wanita berhasil mengungkapkan tabir itu: Monaiisa adalah lukisan diri Leonardo da Vinci sendiri.
Hampir tidak ada wanita lain dalam dunia seni yang begitu digandrungi dan begitu misterius seperti Monalisa. la diperkirakan mulai dilukis sekitar tahun 1504 oleh si genius di segala bidang,
Leonardo da Vinci (1542 - 1519). Jadi umurnya sudah 484 tahun. Senyumnya yang legendaris itu, sama dengan identitas dirinya, tetap menjadi teka-teki hingga sekarang. Apakah benar dia itu Ilsa Gherardini, istri ketiga teman sekampung Leonardo, Francesco di Bartolomeo di Zapoli del Giocondo, sehingga Mona juga dijuluki "La Gioconda"?
Atau ia 'hanya' seorang model bernama Pacificia Brandano? Ataukah ia Duchess Mantua, Isabella d'Este? Atau Duchess dan Francavilla, Constance d'Avalos? Pokoknya, kepustakaan tentang Monalisa penuh dengan dugaan itu.
Baca juga: Sejarah Lensa Kontak: Dari Sang Pelukis Monalisa Lensa Kontak Bermula
Namun, sekarang jawabannya sudah diperoleh (entah apa ini yang terakhir atau bukan): Monalisa yang diyakini sebagai seorang wanita itu temyata seorang pria!
Detektifnya komputer
Ini dibuktikan oleh Lilian Schwartz, seorang ahli komputer yang juga seniman. Komputer yang memberitahukan bahwa Monalisa adalah si pelukisnya sendiri, Leonardo da Vinci, yang dengan genit dan pandainya menyembunyikan dirinya di balik rias wajah Mona.
Lilian bekerja sama dengan para ilmuwan dari Laboratorium AT & Bell di New Jersey. Gerard Holzmann, seorang rekannya, mengkonstruksikan suatu sistem pengelolaan gambar digital dengan high resolution.
Lilian dan Holzmann mengambil gambar diri si pelukis hebat itu, yaitu sebuah lukisan yang berwarna kemerahan dan menampilkannya di layar. Lalu lukisan Monalisa yang besarnya 77 x 55 cm ditampilkan sama besar dengan gambar diri pelukis itu.
Baca juga: Inilah Rahasia di Balik Senyum Mona Lisa
Dengan demikian mudah sekali untuk mengukur jarak antara kedua mata. Kemudian potret diri digerak-gerakkan ke kiri dan kanan, supaya pas dengan pose Monalisa. Kedua gambar itu kemudian dibelah dua secara vertikal, dengan memakai ujung hidung dan cuping sebagai titik tengahnya.
Sekarang kedua gambar itu masih harus diletakkan berjejer untuk kemudian disatukan. Untuk itu lukisan Mona dibalik, karena sebagai orang yang kidal, Leonardo biasa melukis dan menulis terbalik.
Ternyata kedua gambar itu pas sekali bila dilekatkan. Setelah itu dengan hanya menarik sedikit ujung mulut Leonardo, maka dua wajah itu akan tampak tersenyum.
Lilian masih mencoba lagi, dengan menekan tombol dia membuang kantung bawah mata pelukis itu dan memperjelas nuansa abu-abu, sehingga kerutan pada wajah jadi berkurang.
Baca juga: Beauty Vlogger Tiongkok Ini Rias Wajah Seperti Mona Lisa, Semirip Apa?
Setelah itu dia mengkopi mata kiri Mona, yang mempunyai sorot mata yang sama dengan mata Leonardo dan sebaliknya.
Mengejutkan, makin jelas bagi si seniwati dan rekannya dari AT & Bell bahwa Mona ternyata seorang pria!
Sungguh mengasyikkan melihat bagaimana cara Lilian Schwartz 'mencocokkan' gambar itu: mula-mula muncul garis-garis rambut, kemudian alis mata, keduanya dalam waktu bersamaan, yang satu jarang-jarang sedang yang lain lebat.
Kemudian mata, keduanya diputar ke arah yang sama. Jelas tampak pupil-pupil mata itu persis sama. Muncul tulang pipi dan hidung yang juga sama. Bila dilihat dari jauh, gambar yang tampil itu tidak lagi terdiri atas dua gambar (setengah-setengah). Hanya satu, wajah Leonardo da Vinci.
Baca juga: Ilmuwan Perancis: Ada Gambar Tersembunyi di Balik Lukisan Mona Lisa
Korsetnya kaku dan keras
Namun, tentu pendapat baru itu tidak cukup hanya dibuktikan lewat layar saja. Sebenarnya, dugaan bahwa Monalisa itu seorang pria, bukan lagi hal baru. Tahun 1919 Pelukis Mareel Duchamp sudah memvisualkan legenda ini. Dengan kuas dia menambahkan kumis dan janggut pada wajah Mona.
Secara normal itu pun sudah bisa diduga. Di zaman Leonardo, sudah biasa bila pemuda dipakai sebagai model lukisan wanita. Juga sudah rahasia umum, kalau Leonardo seorang homoseksual. Dalam beberapa karikatur dan lukisannya dia memperlihatkan kecenderungan itu. Leonardo juga tidak menikah.
Diperkirakan Mona juga tadinya memakai kalung. Menurut tesa Prof. John Asmus dari Universitas Kalifornia melalui diagnosa rontgen, dulu pada lehernya terdapat rantai mutiara, yang kemudian dihapus lagi dengan cat.
Baca juga: Sejarawan Mengklaim Telah Menemukan Kuburan Mona Lisa?
Yang jelas, sampai wafatnya tahun 1519 Leonardo masih sibuk mengurusi Monalisa-nya itu.
Leonardo juga terkenal sering mengaburkan mata pengamatnya dengan teka-teki dan alegori. Dia juga selalu menutup-nutupi siapa yang memesan dan siapa orang yang dilukisnya.
Di samping itu, lengan Mona tampaknya terlalu kasar buat seorang wanita. Jarak antara bahu dan tangan tidak proporsional, bentuk korsetnya kaku dan keras. Yang juga menarik perhatian adalah tidak adanya alis mata.
Monalisa berbicara
Monalisa memang lukisan yang paling terkenal di dunia dan akan tetap dikenal di zaman komputer ini. Entah dari Leonardo sendiri atau dari muridnya, Melzi, lukisan itu dibeli oleh Raja Francois I seharga 4.000 ecu emas.
Baca juga: Lukisan Potret Mona Lisa Lebih Muda Dipamerkan di Singapura
Untuk pertama kalinya lukisan itu dipajang di kamar mandi kerajaan, kemudian di kamar tidur kebesaran Napoleon I (1804 - 1815). Baru kemudian menjadi koleksi Museum Louvre di ruang Carre dengan nomor arsip MR 316 dan INV 779.
Pada tahun 1911 lukisan itu dipalsukan oleh seorang pemalsu barang seni. Di Tokyo, Monalisa dalam waktu singkat mengalahkan popularitas Kaisar Hirohito. Soalnya, sekitar 1,5 juta orang melihatnya. Setiap orang hanya boleh menyaksikannya sembilan detik.
Orang Jepang juga sudah pasti memberikan suara pada idola mereka ini: Para teknisi sudah mengukur tubuh Monalisa dan data ini kemudian dikelola dengan sebuah komputer.
Hasilnya: selama delapan belas detik Monalisa bisa bicara, menjawab telepon, dengan suara orang tua yang keras dalam bahasa Italia. (Uwe Krist – Intisari Agustus 1988)