Advertorial
Intisari-Online.com - Gempa bumi umumnya datang secara tiba-tiba dan selalu menimbulkan kepanikan, apalagi jika berlangsung pada malam hari seperti yang terjadi di Lombok (5/8/2018).
Meski merupakan bencana alam yang datang secara tiba-tiba, para ahli gempa sudah berusaha keras untuk mengetahui kapan datangnya tapi selalu mengalami kesulitan.
Upaya manusia untuk meramal kapan akan terjadinya gempa sebenarnya telah berlangsung sejak ribuan tahun silam.
Pada abad 4 Sebelum Masehi (SM), ilmuwan Yunani, Aristoteles bahkan sudah melontarkan satu hipotesa tentang gempa bumi.
Baca juga:Seismometer, Alat Pengukur Gempa Bumi yang Sudah Ada Sejak 132 Masehi
Menurut Aristoteles, biang gempa bumi adalah pusaran angin yang terperangkap di dalam beberapa gua jauh di bawah permukaan tanah.
Pada suatu saat angin tersebut berhasil mendesak keluar hingga mencapai permukaan bumi.
Sementara itu, para ilmuwan Tiongkok dan Italia justru lebih berminat pada sebentuk awan jenis khusus yang kabarnya dapat dipakai sebagai pertanda bakal terjadinya peristiwa gempa.
Tapi kebanyakan upaya untuk meramalkan gempa berujung pada kegagalan.
Bahkan di zaman modern seperti sekarang ini upaya untuk meramalkan terjadinya gempa bumi masih menemui kesulitan besar.
Suatu kali sekelompok ilmuwan dari Universitas California Los Angeles, AS pernah meramalkan bahwa pada tahun 2004 akan terjadi gempa bersekala 6,5 Skala Richter di kawasan Carolina Selatan.
Tapi hingga awal tahun 2005, gempa yang dimaksud tidak pernah datang.
Selain itu, sebenarnya masih banyak penelitian tentang gempa yang bertujuan bisa memprediksi datangnya gempa sehingga manusia juga bisa melakukan antisipasinya.
Tapi sejumlah penelitian itu akhirnya hanya menemui kegagalan sehingga mendorong timbulnya kesimpulan bahwa peristiwa gempa mustahil dapat diramalkan.
(Sumber : Gempa Jogja,Indonesia, dan Dunia, Edisi Khusus Majalah Angkasa, PT Mediarona Dirgantara.2006)