Advertorial
Intisari-online.com -Andrew Carnegie, salah satu orang terkaya di Amerika pernah berkata, "Orang yang kaya meninggal tanpa menyumbang, kematiannya memalukan."
Mungkin sulit bagi kebanyakan orang untuk tidak menyumbangkan sebagian besar kekayaan mereka untuk amal seperti yang dikatakan Carnegie.
Tetapi ada seorang pria yang hanya bekerja sebagai tukang becak tetapi mampu menyumbang sejumlah besar uang ke panti asuhan adalah suatu yang membanggakan.
Kisahnya terjadi pada 1986, di Tiongkok seorang pria tua bernama Bai Fang Li, tukang becak yang tak pernah melupakan anak-anak dan yatim piatu yang terlalu miskin untuk bersekolah.
Baca Juga :(Foto) Inilah Potret Memilukan Bagaimana Anak-anak di Kawasan Miskin Mendapatkan Mainan Mereka
Suatu hari, dia melihat seorang anak berusia 6 tahun sedang membantu seorang wanita untuk membawa belanjaannya yang dia beli dari pasar.
Setelah melihat anak itu, dia memberinya sejumlah uang, tetapi yang lebih mengejutkannya, anak itu masih mencari-cari makanan di tempat sampah.
Bai Fang Li kemudian mendekati anak itu dan bertanya mengapa dia tidak menggunakan uang yang dia berikan sebelumnya untuk membeli makanan.
Anak itu menjawab bahwa dia ingin menggunakan uang itu untuk membeli makanan untuk adik-adiknya karena orang tuanya telah meninggal dan mereka tidak memiliki siapa pun untuk merawat mereka.
Sejak itu, ia memutuskan untuk menyumbangkan penghasilannya ke panti asuhan.
Suatu ketika pada musim semi Bai Fang Li menyumbang sebanyak45 dolar AS (sekitar Rp652 ribu) kepada sebuah panti asuhan yang menampung sekitar 300 anak yatim piatu.
Tahun-tahun berlalu dan Bai Fang Li semakin tua tetapi dia masih bekerja dan terus berkontribusi pada panti asuhan.
Hingga total dia telah menyumbang lebih dari 52.708 dolar AS (Sekitar Rp764 Juta) ke panti asuhan antara tahun 1994 dan 1998.
Baca Juga :Kisah Kakek Dobri, 'Orang Suci' yang Menjadi Pengemis, Alasan di Baliknya Sungguh Mulia Sekali
Kemurahan hatinya dan ketidakegoisannya dipuji oleh publik sehingga ketika ia meninggal pada tahun 2005, publik membangun patung peringatan untuk menghormatinya di Taman Rekreasi Tianjing.
Kisah Bai Fang Li menunjukkan pada kita bahwa meski ia memiliki hidup yang pas-pasan ia tak pernah lupa membantu sesama.