Apartemen kuno juga ada di Mesir. Pada abad pertengahan periode Arab-Islam, di Fustat (Kairo lama), ibukota Mesir, sudah ada bangunan tujuh lantai.
Al-Muqaddasi, geografer Islam dari Yerusalem, abad ke-10, menggambarkan bangunan-bangunan itu menyerupai menara dan sebagian besar populasi Fustat tinggal di sana.
Seabad kemudian, bangunan-bangunan serupa sudah mencapai 14 lantai dengan atap berupa taman lengkap dengan roda air sebagai sarana irigasi.
Pada abad ke-16, Kota Shibam, di Yaman, sudah dipenuhi bangunan bertingkat hingga disebut "Manhattan di padang pasir".
Bangunan tinggi itu sebenarnya dimaksudkan untuk melindungi penduduk dari serangan suku Bedouin dari Israel Utara. Bangunan yang bisa mencapai ketinggian 30 m itu menjadi apartemen bata lumpur tertinggi di dunia hingga hari ini.
Baca juga: Ternyata, Ada Apartemen Rahasia di Menara Eiffel Lho, Begini Penampakannya
New York awal abad ke-19 yang sudah dipenuhi bangunan tinggi, baru memiliki apartemen pada tahun 1830-an. Tapi masih tetap untuk masyarakat kelas bawah, hingga sering menjadi sarang kriminal.
Kala itu sebutannya "railroad apartment", karena kamar-kamarnya sempit dan dirancang sebaris mirip gerbong kereta api.
Baru pada tahun 1884, New York memiliki apartemen mewah yang bernama The Dakota, di ujung barat laut 72nd Street and Central Park West.
Bangunan bergaya neo-Gothic hasil rancangan arsitek Jerman, Henry Janeway Hardenbergh, ini ditetapkan sebagai tempat bersejarah nasional pada tahun 1976.
Tempat ini semakin bersejarah karena menjadi kediaman John Lennon, musisi band The Beatles, sekaligus tempat ia mati tertembak di tahun 1980.
Kini apartemen lebih dari sekadar bangunan eksklusif, namun sebuah bentuk perhatian lingkungan karena menghemat penggunaan lahan untuk perumahan. [Deviana Pattiselanno – Intisari Oktober 2010]
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR