Intisari-Online.com - Dalam kerjanya, senyawa organik β-karoten(betakaroten) bertindak melalui antara lain mekanisme antioksidasi. Sejumlah penelitian menunjukkan asupan betakaroten menghambat kerusakan DNA melalui mekanisme antioksidasi.
Penelitian yang dilakukan Paiva dan Russel dalamJournal of the American College of Nutritionmenunjukkan bahwa karena sifat antioksidannya, betakaroten mampu melindungi sel-sel dan jaringan dalam tubuh dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas.
(Penyakit yang Butuh Antioksidan untuk Penyembuhan)
Betakaroten adalah salah satu provitamin A yang banyak terdapatpada buah-buahan dan sayuran. Pada mangga misalnya, dalam 100 gram terkandung 445 milgram betakaroten yang setara dengan 4% vitamin A. Tubuh kita secara enzimatik dapat mengubah betakaroten menjadi vitamin A sesuai kebutuhan.
Adanya ikatan ganda menyebabkan betakaroten peka terhadap oksidasi.Aktivitas vitamin A pada betakaroten terkait keberadaan cincin beta yang dimiliki betakaroten. Betakaroten memiliki aktivitas vitamin A pun paling tinggi dibandingkan dengan jenis karotenoid provitamin A lainnya.
Suplemen antioksidan
Tapi jangan lupa bahwa mengonsumsi suplemen antioksidan pun tetap tidak setara dengan mengonsumsi antioksidan alami yang bersumber pada makanan(buah dan sayuran segar).
Di samping itu buah dan sayuran adalah bahan makanan kompleks yang tidak sekadar sumber antioksidan kaya. Misalnya, dalam sebuah mangga juga terkandung serat dan beragam bioaktif—selain antioksidan.
Betakaroten yang larut di lemak dikenal sebagai antioksidan yang dapat menghambat kanker. Meski demikian, sekali lagi, antioksidan bukanlah "penyembuh segalanya". Sebab kondisi-kondisi khusus seseorang perlu dipertimbangkan dalam konsumsi antioksidan. Adatemuan studi dari kelompok peneliti Alpha Tocopherol Beta Carotene (ATBC) mengungkapkan risiko kanker paru pada perokok yang lebih besar ketikamengonsumsi beta karoten terutama dalam bentuk suplemen.