Sesuai kebijakan yang diambil pimpinan ABRI masa itu, Benny memperoleh identitas baru sebagai seorang sukarelawan dan memakai seragam TNKU.
Nama yang tertulis di kartu anggota TNKU tetap Moerdani, tapi dia dijadikan warga masyarakat Kalimantan Selatan, kelahiran Muarateweh, kota kecil yang berada di tepi Sungai Mahakam.
Bersama personel TNKU yang dipimpinnnya Benny kemudian mulai melancarkan perang gerilya terhadap pasukan Inggris.
Pasukan TNKU yang berintikan prajurit RPKAD yang sudah berpengalaman tempur itu pun langsung menunjukkan prestasinya kendati musuh yang dihadapi merupakan pasukan khusus SAS.
Dalam suatu serangan penyergapan di pedalaman Kalimantan Timur yang berhutan lebat pasukan gerilya TNKU berhasil menawan satu orang musuh, menembak mati satu orang lagi, sementara dua musuh berhasil melarikan diri.
BACA JUGA: Inilah yang Akan Terjadi Jika Rutin Makan 6 Siung Bawang Putih Panggang Setiap Hari
Dari total musuh yang berjumlah empat orang, tim kecil bisa dipastikan anggota SAS yang sedang menyusup.
Peristiwa tertawannya satu anggota pasukan SAS itu segera disampaikan kepada Letjen Ahmad Yani.
Karena merupakan peristiwa sangat penting, anggota SAS yang tertawan dan terluka cukup serius itu segera diperintahkan oleh Ahmad Yani untuk dikirim ke Jakarta guna kepentingan propaganda.
Bukti adanya pasukan SAS yang tertawan jelas akan membuat pemerintah Inggris mengambil sikap terhadap kebijakan militernya di perbatasan Kalimantan-Malaysia.
Tapi karena kurangnya alat transportasi dan sarana kesehatan, anggota SAS yang tertawan ternyata sudah meninggal sebelum dikirim ke Jakarta.
Mayat anggota SAS itu akhirnya terpaksa dikuburkan di tengah hutan Kalimantan dan hanya dog tag dan persenjataannya yang dikirim ke Jakarta sebagai barang bukti [...]
BACA JUGA: Kisah Bung Karno di Akhir Kekuasaan, Sekadar Minta Nasi Kecap Buat Sarapan pun Ditolak
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR