Advertorial

Sebelum Tragedi KM Sinar Bangun, Ada KM Peldatari yang Tenggelam di Danau Toba dan Telan Puluhan Korban Jiwa

Moh. Habib Asyhad
Aulia Dian Permata
Moh. Habib Asyhad

Tim Redaksi

Sebelum ada musibah KM Sinar Bangun, Danau Toba juga pernah menjadi saksi dari kecelakaan kapal terbesar pada masanya yang menelan puluhan korban jiwa
Sebelum ada musibah KM Sinar Bangun, Danau Toba juga pernah menjadi saksi dari kecelakaan kapal terbesar pada masanya yang menelan puluhan korban jiwa

Intisari-Online.com - Sebuah kecelakaan kapal terjadi di Danau Toba pada Senin (18/6/2018) sekitar pukul 17.30 sore.

Kecelakaan itu melibatkan KM Sinar Bangun, sebuah kapal motor berukuran sedang yang seharusnya hanya bisa memuat kurang dari 80 penumpang.

Lantaran kelebihan muatan, kapal motor itu pun kehilangan keseimbangan dan akhirnya tenggelam.

Ironis!

Belum diketahui berapa jumlah pasti penumpang yang naik dan berapa motor yang juga ikut diangkut oleh KM Sinar Bangun.

Dilansir dari Kompas, kepolisian saat ini mengantongi 192 nama penumpang yang menaiki kapal berdasarkan laporan dari pihak keluarga.

Baca Juga:Kapal Karam di Danau Toba, Begini Langkah Tepat Untuk Menyelamatkan Diri Saat Kapal Tenggelam

Sebenarnya, kejadian tenggelamnya kapal di Danau Toba karenaoverload muatan ini jugua bukan hal baru.

Tahun 1997, KM Peldatari juga mengalami kejadian nahas yang serupa saat kapal ini terbalik dan menewaskan puluhan orang.

Kejadian ini terjadi pada Senin, 14 Juli 1997 dini hari, sekitar pukul 01.30 WIB.

KM Peldatari I dengan kapasitas penumpang sebanyak 70 orang pagi itu mengangkut sekitar lebih dari 200 orang dan banyak sepeda motor juga di atas dek kapal.

Baca Juga:Sering Terganggu dengan Mobil Tetangga yang di Parkir di Depan Rumah? Ini Jalur Hukum yang Bisa Anda Tempuh!

Saat itu, penumpang kapal adalah warga sekitar Pulau Samosir yang pulang dari menonton acara penutupan Pesta Danau Toba XVII di Parapat.

Karena saat itu hari sudah larut, masyarakat Pulau Samosir berebut ingin segera pulang ke rumah sehingga mereka tetap menaiki KM Peldatari yang sebenarnya sudah penuh.

Dua saksi mata, Novendra Sinaga dan Ivana Sidabutar yang selamat dari tragedi itu menuturkan kronologinya.

KM Peldatari I sudah hampir mencapai dermaga Tomok saat sebagian besar penumpang di bagian anjungan berlomba-lomba pindah ke depan.

Baca Juga: Suku Fore di Papua Nugini Doyan Makan Otak Manusia, Begini Akibatnya pada Tubuh Mereka

Mereka ingin segera turun dari kapal begitu kapal bersandar di dermaga.

Karena nyaris semua muatan berpindah ke depan, kapal oleng ke kiri depan.

Merasa kapal mereka oleng, penumpang sigap berpindah ke kanan. Tapi kapal justru ikut oleng ke kanan.

Menurut Novendra dan Ivana, kejadian olengnya kapal ini berlangsung selama beberapa kali hingga kapal benar-benar jatiuh dan mulau tenggelam.

Baca Juga:Cek Tangan Anda Apakah Memiliki Tanda X yang Langka Ini? Inilah Arti Tanda Tersebut

Novendra saat itu langsung melompat ke danau tanpa pikir panjang dan segera berenang ke pantai untuk menyelamatkan diri.

Malangnya, tak semua penumpang bisa sigap seperti Novendra.

Tragedi itu menewaskan 83 orang dan puluhan orang lainnya masih belum ditemukan hingga kini.

Upaya pencarian korban dilakukan oleh Tim SAR gabungan sejak tanggal 14-18 Juni 1997.

Pada masa itu, tenggelamnya KM Peldatari I didaulat menjadi kecelakaan kapal terbesar yang pernah terjadi di Danau Toba.

Petugas mengatakan bahwa kecelakaan terjadi karena kelalaian operator kapal dan kurangnya kesadaran masyarakat akan keselamatan penyeberangan.

Sayangnya, tragedi serupa harus terulang lagi oleh KM Sinar Bangun pada tahun 2018 ini.

Baca Juga:Danau Natron, Danau Paling Mematikan di Dunia yang 'Menyihir' Binatang menjadi Patung Menyeramkan

Artikel Terkait