Baca juga: Ingin Pilih Semangka yang Baik Untuk Dikonsumsi? Begini Cara Memilihnya!
Jauh di balik permai Danau Toba yang menghampar di Sumatera Utara, sebuah daya rusak yang mahadahsyat tersembunyi di dalamnya.
Sekitar 74.000 tahun lampau, Gunung Toba meletus hebat (supereruption), mengirim awan panas raksasa yang menutup nyaris seluruh ujung timur hingga barat Pulau Sumatera.
Jutaan kubik abu dimuntahkan, menutupi Lautan Hindia hingga Laut Arab dan sebagian Samudera Pasifik.
Aerosol asam sulfat yang dilepaskan kemudian menyebar luas ke atmosfir dan menutupi bumi hingga mencipta kegelapan total selama enam tahun.
Suhu bumi mendingin hingga 5 derajat Celsius. Musim dingin global tercipta dari letusan gunung api (volcanic winter).
Fotosintesis terhenti. Tumbuhan sekarat, hewan buruan menipis.
Homo sapiens, nenek moyang manusia modern, berada di titik nadir, hanya bertahan sekitar 3.000 jiwa.
Migrasi manusia pun terhenti dan mereka terisolasi di Afrika, seperti yang terekam dalam kemiripan genetika manusia modern di seluruh penjuru dunia.
Periode ini dikenal sebagai kemacetan populasi manusia modern atau population bottlenecks.
Berada di level tertinggi letusan gunung api, yaitu skala 8 volcanic eruption index (VEI), Toba adalah gunung api super (supervolcano), yang letusannya menjadi yang terkuat dalam dua juta tahun terakhir.
Walaupun letusan gunung api, kini, bukan sepenuhnya kejutan geologis dan penelitian tentang hal ini telah berkembang jauh.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR