Intisari-Online.com – Seorang hippy berikat kepala kuning (untuk mengendalikan rambutnya yang panjang tidak tersisir), tergolek seperti orang tidur di bangku stasiun kereta api bawah tanah yang letaknya tepat di persimpangan 51st street dan 8th Avenue di Manhattan. Hari masih pagi sekali. Hippy itu ternyata Polisi.
--
Beberapa saat kemudian ia melompat bangun seperti seorang atlit yang gesit, untuk menangkap pemimpin sekelompok pemuda remaja yang menyerang 2 orang anak sekolah di peron setengah kosong itu.
Hippy yang tampaknya seperti gembel itu tidak lain adalah seorang anggota polisi New York yang sedang menyamar. Ia bukan polisi satu-satunya yang pura-pura jadi hippy dalam melaksanakan tugasnya. Polisi pria maupun polisi wanita di New York ada yang muncul sebagai sopir taxi, gelandangan, wadam dan wanita tunasusila.
Mereka mempunyai kode pengenal. Yang menyamar sebagai hippy umpamanya, mengganti warna ikat kepala mereka setiap hari tapi mobil patroli mengetahuinya sehingga tidak ada kesalahpahaman.
Meskipun pergelangan tangannya diborgol, orang tangkapan yang masih muda itu duduk tersenyum dalam mobil Plymouth polisi yang membawanya dari stasiun ke kantor polisi. Di mobil itu ada dua polisi : no 30696 dan 19346. Tetapi mereka lebih dikenal dengan sebutan Buddy dan Jimmy.
Selama perjalanan yang makan waktu kurang dari setengah jam itu, si orang tangkapan bicara dengan santai kepada Buddy dan Jimmy, seakan-akan mereka teman lamanya. Nama orang tangkapan itu Ralph, dilahirkan 16 tahun yang lalu di Harlem. la pernah masuk college, tapi menurut pengakuannya ia tidak suka sekolah sehingga ia sering bolos.
Dalam sikapnya tidak ada tanda-tanda ia takut. Ralph bahkan setengah mengejek bertanya kepada Buddy, "Hey, cop (sebutan untuk polisi). Kau punya tempat untuk merokok marijuana di sana?"
Buddy atau agen no 30696 yang berumur 30-an tidak meladeni. Dengan nada yang sama seperti si tangkapan ia berkata, "Kau akan menemukannya segera kalau kau dijebloskan ke dalam selmu yang kecil malam ini.”
"Tidak lucu, dong", kata anak belasan tahun itu dengan nada yang tiba-tiba serius. "Kan kau minta sendiri.”
"Kau akan dibebaskan besok, sebab kau juga tahu bahwa kami cuma menahanmu semalam. Tapi coba agar jangan harus kembali lagi.”
"Pasti saya tidak akan kembali. Ngapain, dapat cuma 45 sen mesti ditahan semalam."
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR