Intisari-Online.com - Di dalam area Durbar Square, Nepal, terdapat sebuah bangunan besar dengan banyak ornamen ukiran. Tepat di depan bangunan tersebut terdapat dua ekor singa dalam rupa patung yang seakan menjaga pintu masuk. Bangunan tersebut bernama Kumari Ghar atau Istana Dewi Kumari. Mendengar kata dewi mungkin membuat anda membayangkan sosok wanita dewa yang sering dilihat dalam film. Kurang lebih sama maknanya. Terlepas dari seperti apa gambaran kita, di bangunan tersebut memang tinggal seorang dewi yang dipercaya oleh sebagian umat Hindu dan Buddha di Nepal sebagai titisan Dewi Durga.
Dewi Kumari merupakan seorang gadis cilik yang belum mencapai masa pubertasnya dan dipilih sebagai seorang Dewi dengan "seleksi" yang ketat dari kasta Shakya atau klan Bajracharya, kelompok tertinggi dari masyarakat Buddhist Nepal. Proses ketat ini terdiri dari 32 kriteria yang harus dilalui agar sempurna seperti seorang dewi. Diantaranya adalah berbadan sehat, berambut dan bermata hitam, tidak penakut dan lolos "uji-nyali’ pada malam hari berdiam bersama para kurban persembahan berupa lusinan kepala kerbau dengan hanya diterangi cahaya lilin. Sebagai seorang titisan Dewi Durga, Dewi Kumari seringkali didatangi oleh para pejabat Nepal untuk meminta restu dan doa.
Penasaran seperti apa rupa seorang Dewi? Berikut foto-foto yang diambil oleh Narendra Shrestha fotografer EPA.
Samita Bajracharya, 9 tahun, pada tahun 2010 menjadi Dewi Kumari. Chanira menggantikan Dewi Kumari sebelumnya yang sudah menginjak masa puber.
Samita membaca buku pelajaran dengan menggunakan lilin. Sebagai seorang Kumari, Samita tidak lagi pergi bersekolah, bermain di luar, atau bahkan menyentuh temannya.
Samita duduk menunggu pengunjung selama festival Matya di Ratnakar Mahavihar berlangsung. Ratusan umat Hindu dan Buddha datang untuk mendoakan Samita dan menunggu berkat dari Samita.
Purna Shova Bajracharya, ibu dari Samita menggendong Samita menuju festival. Sebagai seorang Dewi hidup, kaki Samita tidak boleh menyentuh tanah.
Secara sukarela, umat yang datang meminta berkat memberikan uang sebagai rasa syukur atas berkat.
Samita memberikan Tika (bubuk merah) di dahi seorang wanita paruh baya selama festival berlangsung.
Samita duduk bersama keluarga, Kul Ratna Bajracharya (ayah), Purna Shova (ibu) dan Sabin (kakak laki-laki) di Kumari Ghar.
Empat tahun "masa jabatan" telah berakhir ketika Samita mencapai masa pubernya pada Maret 2014. Samita menjalani serangkaian ritual Newari Gufa (upacara menikah dengan dewa matahari) di sungai Bagmati dan membasuh dirinya. Ritual ini menandakan selesainya kehidupan Samita sebagai Dewi.
Samita kembali ke kehidupannya sebagai manusia dan melanjutkan sekolah.
Kehidupan sebagai seorang Dewi telah menjadi sejarah walaupun Samita sudah kembali menjadi manusia biasanya.