Intisari-Online.com - Gunung Merapi mengalami erupsi jenis freatik pagi ini pukul 07.50 (11/05/2018).
Melansir dari Kompas.com, Operator Pusdalops BPDB Magelang, Kristian, mengatakan erupsi kali ini berjenis freatik.
"Untuk letusan seperti ini tidak ada wedhus gembel," terangnya.
Erupsi yang terkesan mendadak ini memang tidak menunjukan banyak gejala dari aktivitas Gunung Merapi.
Sebenarnya, apakah erupsi freatik dan apa dampak yang ditimbulkannya?
Mengutip dari Worldatlas.com, erupsi jenis freatik dikenal sebagai semburat uap atau letusan ultra-vulkanik.
Hasil dari ledakan ini menumpahkan air, uap, batu, abu, bahkan bom vulkanik.
Erupsi freatik dapat terjadi setiap kali akuifer (air bawah tanah) mendekati magma. Magma memiliki suhu ekstrim yang mencapai kisaran 500 - 1170 derajat Celcius.
Letusan yang melibatkan magma cair pada prosesnya dikenal dengan sebutan phreaomagmatic.
Penyebab lain disebabkan oleh lava yang mengalir di atas sedimen basah sehingga menghasilkan ledakan freatik skala kecil.
Dampak dari letusan ini bagi ekosistem dapat mencairkan puncak gletser, kawah berelief rendah, dan danau.
Ledakan ini berbahaya apabila bertepatan dengan emisi gas hidrogen sulfida dan karbon dioksida.
Mengapa berbahaya?
Karena emisi gas beracun hasil letusan freatik menyebabkan sejumlah besar kematian di seluruh zona ledakan.
Gas beracun mengakibatkan asfiksia yakni kondisi tubuh kekurangan oksigen yang sangat mengancam nyawa.
Tidak hanya itu, gelombang dasar meliputi gas, cairan, komponen mentah atau partikel yang bergerak cepat dapat merusak lingkungan sekitar.
Batuan dengan ukuran variatif keluar melalui erupsi dapat membahayakan mahkluk hidup yang tinggal di lereng gunung.
Pada tahun 1979, tercatat 140 orang di Pulau Jawa meninggal dunia karenaerupsi freatik gunung berapi yang muntahkan komponen mentah.
Sedangkan rekor ledakan freatik terpanjang dimiliki oleh The Kilauea, Hawaii.
Tercatat batu seberat 8 ton melesat hingga jarak lebih dari satu kilometer pada erupsi freatik tersebut.
Gemuruh letusan Gunung Krakatau tahun 1883 menciptakan suara paling keras juga memiliki sejarah peristiwa freatik. (Intisari-Online.com/Tiur Renata)
Baca juga:5 Kota Dengan Penduduk Paling Banyak di Indonesia, Kota Anda Masuk?