Intisari-Online.com – Beberapa waktu lalu telah diketemukan sebuah fakta mengerikan bahwa udang yang ada di supermarket terkemuka ternyata diolah oleh para budak.
Setiap pukul dua pagi sekumpulan anak-anak, perempuan, dan remaja dibangunkan oleh seorang mandor di Thailand. Untuk 16 jam selanjutnya mereka harus bekerja di sebuah pabrik yang memperbudak mereka. Selama belasan jam tersebut tangan mereka harus terendam dalam es dingin. Pekerjaan mereka adalah mengolah udang dengan membersihkan isi perut, kepala, kulit, dan ekornya. Udang-udang tersebut kelak akan dipasarkan ke seluruh dunia, terutama Amerika Serikat.
Para budak yang dipekerjakan tanpa gaji (atau gaji yang sangat kecil) tersebut jumlahnya sekitar 100 orang. Ada seorang anak yang bahkan masih sangat kecil dan harus berdiri di atas sebuah kotak agar bisa cukup tinggi untuk bekerja di meja pengupasan udang. Para budak ini bahkan tidak bernama. Mereka semua hanya diberi nomor agar mudah untuk dipanggil.
Kerja paksa para budak tersebut membuat Thailand berhasil menjadi produsen udang terbesar di dunia. setiap tahunnya mereka mendapatkan sekitar tujuh juta dollar AS (kurang lebih 97 milyar rupiah lebih) untuk bidang ekspor seafood saja.
Problem ini hingga sekarang belum bisa diselesaikan karena polisi dan aparat setempat digerogoti oleh korupsi. Banyak para pemilik saham yang kaya raya tidak tersentuh hukum sama sekali hingga sekarang. Lantas bagaimana nasib para budak tersebut?
(yahoo.com)