Advertorial

Tak Kalah Dahsyat dari Kama Sutra, 3 'Kitab Seks' Nusantara Ini Juga Ajarkan Khasanah Bercinta

Moh. Habib Asyhad
Masrurroh Ummu Kulsum
Moh. Habib Asyhad

Tim Redaksi

Jika Kama Sutra begitu terkenal di dunia, 3 naskah yang berasal dari budaya nusantara ini juga tak kalah dahsyat menjelaskan soal hubungan seks.
Jika Kama Sutra begitu terkenal di dunia, 3 naskah yang berasal dari budaya nusantara ini juga tak kalah dahsyat menjelaskan soal hubungan seks.

Intisari-Online.com - Kama Sutra sudah tidak terbantahkan lagi adalah 'kitab suci' seks yang paling terkenal di dunia.

Buku yang ditulis oleh Vatsyayana asal India ini membahas berbagai hal, mulai dari berbagai posisi hubungan intim hingga filosofi hubungan pria dengan wanita.

Tapi tidak banyak yang tahu, kekayaan budaya kita juga melahirkan beberapa naskah-naskah yang senada dengan Kama Sutra.

Mulai dari budaya Melayu, Bugis hingga Jawa, berikut naskah-naskah yang didalamnya terdapat penjelasan mengenai cara bercinta.

BACA JUGA:3 Orang Ini Berhasil Kabur dari Penjara Super Ketat Alcatraz, Ini Nasib Mereka Setelah 50 Tahun Bersembunyi

1. Cempaka Putih

Naskah ini ditulis oleh Abu Muhammad Adnan Alias Raja Abdullah, putra Raja Ali Haji asal Riau.

Cara berhubungan seks dalam buku ini dijelaskan lengkap dengan ilustrasi lelaki dan perempuan yang berhubungan intim.

Tidak hanya itu, doa pun disertakan pada pasangan sebelum melakukan hubungan intim di teks ini.

Hubungan seks yang dibahas dalam kitab ini dilakukan secara halal dalam islam.

2. Assikalaibineng

Masyarakat Bugis juga memiliki naskah yang membahas persoalan seks.

Tidak diketahui pasti siapa penulisnya, tapi lontara ini banyak tersebar di pelosok Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat.

Oleh Muhlis Hadrawi, naskah sebanyak 44 buah tersebut lantas dibukukan.

BACA JUGA:Tak Hanya Urusan Kepuasan Seksual, Ternyata Ini Manfaat Lain Operasi Vaginoplasty yang Dilakukan Nikita Mirzani

Inti dari Assikalaibineng mencakup konsep hubungan seks, pengetahuan alat reproduksi, tahapan dalam berhubungan seks, teknik rangsangan, doa, dan gaya persetubuhan.

Tidak hanya itu, teknik menyentuh titik sensual perempuan, waktu baik dan buruk untuk berhubungan seks serta cara pembersihan tubuh pun ada di dalamnya.

3. Serat Centhini

Tanah Jawa juga memiliki naskah yang membahas hubungan seks antara laki-laki dan perempuan.

Karya sastra dengan nama resmi Suluk Tembangraras ini dirilis pada awal abad ke-19.

Serat ini digubah sekitar tahun 1815 oleh tiga orang pujangga istana keraton Surakarta, yaitu Yasadipura II, Ranggasutrasna, dan R. Ng. Sastradipura (HajiAhmad Ilhar) atas perintah K.G.PA.A. Amengkunegara II atau Sinuhun Paku Buwana V.

Dalam Majalah Intisari edisi Mei 2005, dijelaskan bahwa naskah ini berisi 722 lagu jawa.

Serat Centhini ini begitu mahsyur bahkan sampai kepada para pakar dunia.

Seorang kontributor sebuah surat kabar Prancis, Elizabeth D. Inandiak, misalnya, telah menerjemahkannya ke dalam bahasa Prancis dengan judul Les Chants de I'ile a dormir debout le Livre de Centhini (2002).

BACA JUGA:Jadi Anggota 'Kultus Seks', Dokter Ini Lakukan Eksperimen Ilegal dengan Tunjukkan Video Seks dan Pembantaian pada Korbannya

Masalah seksual dalam naskah ini diungkapkan dalam berbagai versi dan kasus.

"Misalnya menyangkut pengertian, sifat, kedudukan dan fungsinya, etika dan tata cara bermain seks gaya persetubuhan dan lain-lain," tulis Sukatno CR dalam Seks Para Pangeran: Tradisi dan Ritualisasi Hedonisme Jawa (2002)

Sukatno juga memberikan contoh dalam Centhini II (Pupuh Asmaradana) diuraikan dengan gamblang soal "ulah asmara" yang berhubungan dengan lokasi genital yang sensitif dalam kaitannya dengan permainan seks.

Misalnya, cara membuka atau mempercepat orgasme bagi perempuan, serta mencegah atau mempercepat agar lelaki tidak cepat ejakulasi.

Dalam Centhini V (Dhandhanggula) terungkap juga ternyata perempuan tidak selamanya pasif soal urusan ranjang.

Mereka juga memiliki kebebasan yang sama dalam mengungkapkan pengalaman seksualnya. Padahal mereka selalu digambarkan pasrah, nrima kepada lelaki.

Beberapa naskah di atas adalah bagaimana leluhur kita memberikan pendidikan seks klasik dengan pengaruh kebudayaan masing-masing.

Hal yang sulit kita temui pada naskah-naskah yang mendapat pengaruh islam.

BACA JUGA:Ketika Seksualitas Dijadikan Senjata Propaganda Selama Perang Dunia II, Berton-ton Selebaran Porno pun Dijatuhkan Pesawat Pembom

Artikel Terkait