Advertorial
Intisari-online.com - Sebuah rekaman mengiris hati dipublikasikan dari Tepi barat oleh kelompok pembela hak asasi manusia di Israel.
Seperti dilansir dari RT.com, rekaman tersebut menunjukkan tiga serdadu Tentara Pertahanan Israel (IDF) bersorak gembira setelah menembak seorang demonstran Palestina yang tak bersenjata.
Tiga serdadu tersebut berdiri di jalan yang mengarah ke pemukiman Palestina dan menembaki demonstran yang berjarak beberapa meter.
Mereka berdiskusi mencari cara terbaik untuk menembaki para demonstran.
BACA JUGA:Mohamed Salah, Pahlawan Liverpool yang Mengubah Pandangan Rakyat Inggris Terhadap Islam
"Jauh, masih terlalu jauh. Tunggu mereka dekat dulu," demikian seru seorang tentara kepada kawannya yang tengah bersiap menembak.
Sepertinya, mereka menahan untuk tidak menembak dulu agar para demonstran Palestina berani mendekat.
"Kita membutuhkan satu tembakan bagus. Hanya itu cara untuk mengajari mereka agar tidak melempar batu," kata salah satu tentara.
Tampak ada salah satu demonstran yang diincar untuk ditembak dengan peluru karet.
BACA JUGA:Bocah Palestina Ini Harus Kehilangan Kakinya Setelah Ditembak oleh Pasukan Israel
Setelah tembakan mengenai sasaran, para tentara ini bersorak gembira.
Kemudian terdengar percakapan lagi. "Dengan satu peluru betulan semua ini akan berakhir."
Dia mengeluhkan bahwa menembak demonstran dengan peluru karet tidak membuat mereka kapok.
Namun tentara satunya menyahut bahwa mereka tidak perlu peluru tajam, peluru karet sudah cukup.
Berdasarkan deskripsi video yang diterbitkan oleh Israeli Information Center for Human Rights di wilayah pendudukan, insiden ini terjadi di Desa Madama, Palestina pada 13 April.
Militer Israel menempatkan penghalang di pintu timur desa. Nah, para pemuda Palestina berusaha membuka blokade tersebut.
Usaha para pemuda dilakukan dengan melempari batu dan dijawab dengan tembakan oleh tentara Israel.
Sebanyak tujuh warga Palestina dikabarkan terluka pada bentrokan ini.
Video itu diterbitkan hanya beberapa hari setelah seorang jenderal pensiunan Israel membela praktik IDF membuka tembakan langsung terhadap demonstran tak bersenjata di Gaza dalam sebuah wawancara kontroversial.
Zvika Fogel, mantan kepala staf Komando Selatan IDF mengatakan bahwa siapa pun yang mendekati pagar perbatasan antara Israel dan Gaza secara otomatis menimbulkan ancaman keamanan potensial.
Artinya bisa dianggap sebagai target yang sah walaupun sekadar seorang anak.
Fogel juga menolak setiap kritik dengan menyebut kehidupan orang-orang Palestina yang diduga dibunuh secara tidak sengaja adalah “harga yang patut disayangkan yang harus dibayar untuk menjaga keselamatan dan kualitas hidup penduduk Negara Israel. "
Sebelumnya, seorang bocah Gaza berusia 15 tahun, Mohammed Ayoub, dibunuh oleh IDF selama protes di Gaza.
Seorang kamerawan lokal, yang menangkap tembakan itu, Abdul Hakim Abu Riyash, memberi tahu RT.com bahwa remaja itu tidak berada di dekat pagar dan tidak membawa senjata apa pun.
BACA JUGA:Kisah Bung Karno di Akhir Kekuasaan, Sekadar Minta Nasi Kecap Buat Sarapan pun Ditolak