Advertorial
Intisari-Online.com – Saal bangun pagi hari badan rasanya linu, bahu kurang enak, atau kepala agak pusing. Di tempat kerja sulit berkonsentrasi atau lekas lelah. Sudah lama menikah tetapi belum punya anak, padahal kata dokfer tubuh Anda secara organis dinyatakan beres.
Mungkln Anda tidur, atau di kantor Anda duduk, di atas medan geopatis. Prof. Dr. Josef Glinka SVD menjelaskan duduk perkaranya serta cara mengatasinya.
Seorang pemuda mengeluh sakit punggung sampai akhirnya tidak dapat berjalan. Diperiksa dokter, diberi obat, toh keadaannya tidak membaik. Lalu ia dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa dan diobati. Di sana ia cepat membaik.
Sepulang ke rumah, sakitnya kambuh lagi. Masuk rumah sakit, pulih lagi. Begitu terus sampai 5 kali. Secara tidak sengaja seorang pasien yang kebetulan seorang radiestet (dari kata radiestesi, "ilmu" yang mempelajari segala macam medan gangguan) mendengar ceritanya dan memeriksa si pemuda dengan alatnya.
Baca juga: Kecoak Bisa Hidup Sebulan Tanpa Kepala, Keberadaannya Justru Tanda Rumah Kita Bersih
“Anda pasti tidur di atas medan geopatis yang melintang di tempat tidur," kata si radiestet. Sesudah tempat tidur di rumahnya dipindahkan, si pemuda tak lagi mengeluh sakit punggung.
Sepasang suami-istri mengeluh, sudah hampir 5 tahun menikah tetapi si istri tidak kunjung hamil. Si istri diperiksa oleh ginekolog, sang suami oleh androlog. Ternyata semua beres. Persoalan ini diceritakan kepada seorang radiestet yang memeriksa rumah.
Ternyata sebuah medan geopatis melintangi tempat tidur mereka. Disuruhlah pasangan itu pindah ke kamar lain. Hasilnya, dalam 2 minggu sang istri hamil!
Bapak tiri saya meninggal karena kanker. Ibu pindah dan tidur di kamar bekas bapak. Sesudah beberapa waktu mengeluh pada malam hari kakinya sering kejang, akhirnya ibu meninggal juga karena kanker.
Seorang radiestet memeriksa rumah kami. Ternyata di bawah tempat tidur itu ada persilangan saluran air.
Sumber medan geopatis
Secara harfiah gaia berarti bumi, pathos artinya menderita atau sakit. Jadi, medan geopatis itu medan yang mengggnggu kesehatan kita. Bukan hanya kita, tetapi juga kebanyakan organisme hidup lainnya.
Bola bumi kita ini memiliki medan magnetis yang terpencar secara tertentu. Magnetisme bumi itu sudah lama dikenal, diselidiki, dan diukur. Namun ada tempat-tempat tertentu yang gelombang atau gaya magnetisnya berlainan.
Daerah-daerah yang disebut medan geopatis, yaitu kisi bumi, aliran benda cair dalam tanah (umumnya air yang mengalir), retakan geologis dan mineralogis, timbunan mineral tertentu, dan jenis lain yang belum ditetapkan.
Baca juga:(Foto) Gedung Pencakar Langit Ini Rupanya Rumah Pribadi, Dalamnya Mirip Hotel Bintang Lima!
Delapan puluh persen medan geopatis disebabkan oleh tiga yang pertama: kisi bumi, aliran air, dan retakan geologis; 60 - 70% oleh dua yang pertama: kisi bumi dan aliran air; dan sekitar 50% oleh kisi bumi.
Kisi bumi merupakan suatu jaringan yang secara sistematis terbagi di atas bola bumi dan terdiri atas garis-garis lurus. Jenisnya ada dua.
Salah satunya Kisi Hartmann, berupa garis-garis yang mengelilingi bola bumi, lurus pada arah timur-barat dan utara-selatan. Lebar garis paling tinggi 20 cm. Jarak antargaris utara-selatan (di Eropa) 4 - 5 cm, sedangkan antargaris timur-barat 5 - 6 cm.
Katanya, orang yang sangat berpengalaman dapat melihat garis-garis ini dari peristiwa-peristiwa atmosferik tertentu. Khususnya di laut, garis-garis itu dapat diamati sebagai arus dan ombak yang berbentuk lurus.
Garis yang jauh lebih kuat dapat menyebabkan apa yang oleh pelaut dikenal sebagai "laut mati"; sulit sekali kapal keluar dari situ kalau berlabuh.
Tanah tersusun dari bermacam-macam mineral. Ada lapisan tanah yang dapat ditembusi air, ada yang tidak. Ini menyebabkan air dari permukaan tanah, misalnya air hujan, merembes ke tanah sampai lapisan yang menahannya.
Lalu dalam lapisan yang dapat ditembus dan terletak di atas lapisan keras tadi, air mengalir ke tempat yang lebih rendah.
Air itu bersifat bipolar: mempunyai kutub positif dan kutub negatif. Di samping itu air mengandung larutan macam-macam mineral dalam bentuk ion, yang juga bermuatan listrik.
Baca juga: (Video) Gempa di Meksiko: Sungai yang Biasanya Tenang pun Tiba-tiba Bergelombang dengan Kencang
Pada waktu mengalir, molekul-molekul air yang dikelilingi anion dan kation berputar. Efek putaran itu sama seperti pada dinamo, yaitu menghasilkan gaya elektromagnetis yang arahnya menembus lurus ke atas, dan inilah penyebab gangguan itu.
Retakan dalam litosfer (kerak bumi - Red.) membuat medan magnetis bumi tidak selaras. Di samping itu mineral yang berbeda dan letaknya berdekatan, juga dapat membentuk gaya khusus yang menembus ke permukaan bumi. Gaya yang keluar dari tempat ini bersifat sinar gamma.
Kumpulan mineral-mineral tertentu dalam jumlah besar juga menghasilkan pengaruh khusus pada permukaan bumi sampai dapat mengakibatkan terbentuknya iklim mikro yang khas.
Ada mineral yang menguntungkan, ada yang mengganggu. Yang paling terkenal, misalnya, mineral radioaktif, garam, dan kapur.
Di zaman modern ini, manusia sendiri menciptakan medan-medan gangguan baru berbentuk kawat listrik tegangan tinggi. Setiap kemajuan teknologi memiliki aspek positif dan negatif. Tak dapat dibayangkan dunia modern tanpa listrik.
Segi negatifnya, saluran listrik tegangan tinggi membentuk medan elektromagnetis yang mempengaruhi sekitarnya. Pengaruh yang mudah dikenali ialah gangguan gelombang radio yang ada di bawah atau di dekat saluran macam ini.
Selain itu saluran listrik memperkuat medan geopatis dan – menyalurkan pengaruhnya ke dalam rumah.
Deteksi lewat denah
Bermacam-macam alat untuk menemukan serta mengukur radiasi pada medan-medan geopatis sudah dibuat orang. Ongkosnya memang besar. Cara termudah, dan umumnya juga efisien, minta bantuan orang yang berbakat sebagai radiestet.
Seorang radiestet butuh alat sederhana, bisa berupa sepotong kayu berbentuk V, sebuah bandul, atau dua antena radio yang dapat berputar secara bebas.
Orang sering menganggap keliru, alatnya yang ajaib. Padahal medium, si penerima sinyal, adalah manusia. Ia harus berbakat, artinya peka terhadap gangguan atau "radiasi" dari medan geopatis.
Dengan berjalan sambil berkonsentrasi terhadap medan geopatis tertentu atau segala macam gangguan radiestetis, seorang radiestet memegang alat yang paling cocok bagi dirinya, dan memperhatikan reaksi alat tersebut.
Kayu yang berbentuk V akan tertarik ke bawah jika ia masuk ke medan geopatis. Antena akan tertarik ke tengah sampai bersilangan jika ia berada di atas medan geopatis, atau salah satu tangkai antena tertarik ke kiri atau ke kanan bila ia masuk daerah pengaruh medan geopatis, tetapi belum berdiri di atas medan itu sendiri. Pada bandul harus diperhatikan arah putarannya.
Lebar daerah "radiasi" dapat ditentukan dengan ketepatan hingga 1 cm. Di samping itu arah medan geopatis (pada air arah arusnya) dan kekuatan "radiasi" dapat ditetapkan jika radiestet, adalah orang yang sangat peka dan berpengalaman.
Bakat radiestetis, katanya, cukup umum. Cuma orang tidak mengetahui hal ini. Dalam hal kepekaan, yang merupakan syarat mutlak untuk berhasil, ada tingkatannya: ada yang lebih peka, ada yang kurang.
Selain itu, dibutuhkan pengetahuan teoritis yang minimal tentang radiestesi. Lalu kemampuan untuk berkonsentrasi perlu dilatih dan terus dibina.
Prasyarat untuk dapat berkonsentrasi dengan baik adalah harmoni antara jiwa dan raga. Dengan kata lain seorang radiestet harus dalam keadaan tenang, relatif sehat, dan tidak terganggu oleh macam-macam pikiran lain.
Baca juga: Kreatif, Pria Ini Bangun Rumah 4 Lantai di Atas Tanah Seluas 10 Meter, Tapi…
Dikatakan pula, radiestet perlu mengosongkan diri, tanpa praduga, siap menerima pengaruh radiasi. Barulah dalam keadaan ini ia berkonsentrasi pada objek penelitiannya.
Pengalaman sangat membantu dalam menginterpretasikan efek radiestetis. Kalau kurang berpengalaman, dengan sangat gampang ia dapat memberikan interpretasi yang salah.
Yang menarik, radiestet yang cukup peka dan berpengalaman dapat menemukan medan geopatis dari jarak jauh, misalnya melalui denah rumah, peta, dsb. Ada unsur telepati di sini. Namun ini pun perlu pengalaman.
Radiestesi berasal dari kata radius, yang berarti sinar, dan aesthesis, kepekaan. Jadi, hal kepekaan terhadap radiasi. Sampai sekarang orang belum sepakat, apa dan bagaimana kepekaan itu harus dijelaskan.
Ada yang mengatakan, orang yang punya kepekaan itu disebut paranormal. Orang lain lagi berpendapat, seorang radiestet punya indera keenam. Namun interpretasi yang paling masuk akal adalah orang itu sangat peka terhadap perubahan medan magnetis atau sinar dari bumi.
Bagian yang sangat peka adalah sistem sarafnya, yang sanggup menerima perubahan yang terkecil sekalipun.
Rangsangan yang diterima saraf pusat (otak), menyebabkan kontraksi otot minimal berbentuk getaran. Getaran otot ini mengakibatkan alert bergerak. Meski jarang ditemukan, ada radiestet yang sangat peka sampai dapat menentukan adanya perubahan pada medan tanpa alat.
Diolok-olok sebagai mistis
Kita tahu banyak sekali tentang susunan dan proses-proses kimiawi pada organisme hidup. Langkah demi langkah dijelaskan, juga proses-proses fisikalnya. Namun kita kurang sekali tahu tentang proses-proses lain di dalamnya.
Baca juga: Wow! Petani Ini Bisa Pindahkah Rumah Bertingkat Tiga Hanya dengan Disangga Kayu dan Diderek
Padahal dewasa ini makin ramai dibahas masalah medan biologis-pada organisme hidup.
Mula-mula hanya para radiestet yang berbicara tentang adanya suatu gaya khusus dalam organisme hidup, sehingga mereka diolok-olok oleh para ahli biologi karena itu berbau mistis. Orang pertama yang meneliti hal ini adalah Gurvich, seorang sitolog dan fisiolog Rusia.
Seperti lazimnya dalam penemuan baru, ia mendapatinya secara kebetulan. Gurvich memperhatikan, proses pembelahan sel dimulai pada satu sel yang kemudian menjadi stimulator bagi sel-sel lainnya.
Jadi, di antara sel-sel ada pertukaran informasi. Gurvich berusaha mengetahui bagaimana komunikasi ini.
Akhirnya, dalam penelitian terhadap sel-sel yang tidak mungkin berkontak secara kimiawi nyata bahwa komunikasi ini terjadi secara fisikal: setiap sel membentuk medannya sendiri, yang potensialnya naik selama proses pembelahan, sehingga sanggup mempengaruhi sel-sel yang berdekatan tetapi tidak berkontak langsung.
Maka Gurvich menetapkan, sifat gaya itu mirip gaya megnetis.
Percobaan Gurvich dilanjutkan oleh orang Amerika. Dalam serangkaian percobaan nyata bahwa jika embrio ditempatkan dalam medan magnetis yang cukup kuat, maka pertumbuhannya terganggu.
Yang terganggu ialah organogenesisnya. Penelitian selanjutnya akhirnya membawa para ahli kepada keyakinan, setiap organisme hidup, seperti setiap benda lainnya, memiliki medan biologis yang mengatur dan mengkoordinasi segala proses dalam organisme hidup.
Dewasa ini masih dicari apa yang melahirkan medan biologis ini. Diduga kuat, proses-proses kimiawi, khususnya yang terjadi dalam protein, menyebabkan magnetisme biologis ini.
Baca juga: Bisa Buat Beli Satu Rumah, Wanita Ini Habiskan Uang Demi Transplantasi Ginjal Kucingnya
Dengan dasar ini kiranya jelas bagaimana pengaruh medan geopatis terhadap organisme hidup: medan biologis terganggu oleh medan geopatis.
Kalau pengaruhnya tidak kuat atau sebentar saja, gangguan itu rupanya kurang berarti. Sebaliknya, bila pengaruhnya berlangsung lama dan sistematis, apalagi kalau medan ini agak kuat, gangguan itu begitu besar sehingga organisme bereaksi sama seperti terhadap- penyakit lainnya.
Gejala-gejalanya
Apa gejala-gejalanya bahwa kita tinggal dalam pengaruh medan geopatis? Sejak dulu kala kita mengenal, ada rumah yang baik, ada rumah yang jelek.
Ada rumah yang penghuninya merasa enak, dapat bekerja dan beristirahat dengan baik, badan tetap segar. Ada rumah yang penghuninya merasa tidak enak, selalu payah, tidur tidak membawa kesegaran karena bangun dengan badan linu.
Ada orang yang sangat peka, ada yang praktis tidak merasa apa-apa, tetapi itu tidak berarti ia tidak terpengaruh. Orang yang peka, misalnya, merasa dingin di tulang punggung meskipun hari itu panas atau saat tidur memakai selimut, sewaktu bangun badan rasanya capek, sering kali dengan kepala pening, tanpa semangat, dsb.
Lama-kelamaan tulang punggung mulai sakit atau tidak enak, tangan mulai gemetar, muncul gejala rematik, dsb.
Pada kebanyakan orang yang tidur di atas medan ini tetapi kurang peka, gejala-gejalanya: (1) Badan tidak enak, linu. (2) Tidur tidak tenang, seolah tidak menemukan tempat dan capek sewaktu bangun. (3) Menderita rematik atau kejang kaki. (4) Kepala pening. (5) Sering dan gampang jatuh sakit. (6) Menderita distoni vegetatif (kemunduran kekuatan fisik - Red.). (7) Gangguan kardiovaskuler. (8) Gangguan metabolisme. (9) Tak dapat berkonsentrasi. (10) Menderita impotensi atau kemandulan, dsb.
Stadium terakhir adalah kanker, terutama kalau orang sangat lama tinggal di bawah pengaruh medan geopatis. Yang paling berbahaya, persilangan dua atau lebih medan ini.
Binatang umumnya lebih peka terhadap medan geopatis. Ada yang tidak dapat menahannya, macam anjing, domba, sapi, dan kuda. Ada juga yang sangat menyukainya, umpamanya kucing, lebah, semut, rayap, ular. Semut, misalnya, selalu membuat sarangnya di atas persilangan medan ini. Sampai kini belum bisa dijelaskan kenapa begitu.
Begitu pun tetumbuhan. Ada yang sangat menyukai medan ini, khususnya aliran air. Ada yang sangat menderita di atasnya sampai akhirnya mati.
Kalau melihat pohon yang tumbuhnya sangat miring, dan batangnya seolah-olah berputar atau kulitnya penuh pusaran, Anda dapat berkesimpulan pohon itu tumbuh di atas medan geopatis.
Benda-benda mati pun dipengaruhi medan ini. Dapat Anda perhatikan, ada tempat di rumah yang selalu basah misalnya dinding rumah, atau perabot dari kayu cepat lapuk.
Gejala ini dapat menjadi petunjuk, benda itu terletak di atas medan geopatis. Diketahui, logam lama-kelamaan mengalami Ermudungser scheinungen, gejala pelapukan logam. Gejala ini menjelaskan banyak kecelakaan pesawat terbang.
Di bawah pengaruh medan geopatis, proses pelapukan ini dipercepat. Pengaruhnya dianggap sanggup mengubah struktur logam.
Usir dengan kompensator
Agar tidak menderita akibat medan geopatis, yang terpenting menghindari pengaruhnya. Hendaknya jangan membangun rumah tanpa memeriksa dulu apakah ada gejala geopatis.
Denah rumah sebaiknya dibuat sesuai petunjuk radiestet. Kalau rumah sudah dibangun, perabotan perlu diatur sehingga setidaknya tempdt tidur dan tempat kerja tidak terletak di atas medan geopatis.
Baca juga: Dari Luar Terlihat Sederhana, Begini Bagian Dalam Rumah Desainer Versace Ini. Mewah Banget!
Jika tidak mungkin lagi mengatur perabotan secara lain, karena rumah terlalu kecil atau medan geopatis terlalu banyak sehingga tak mungkin dihindari, maka dapat dilakukan isolasi atau kompensasi.
Sebagai isolator sering dianjurkan berbagai foli (lembaran bahan tipis - Red.) dari plastik, logam mulia (emas, perak, tembaga), dll. yang ditaruh di bawah tempat orang tinggal. Namun pengaruh benda ini sangat kecil dan agak terbatas waktu kerjanya.
lauh lebih baik menghapuskan medan geopatis. Para radiestet menyebutnya kompensasi. Telah disusun macam-macam kompensator. Salah satu yang paling lazim dipergunakan adalah dinamo, kawat logam mulia yang diatur secara tertentu, dsb.
Namun menurut pengalaman banyak radiestet, cara kerja kompensator juga kurang memuaskan. Dari segala kompensator, yang saya alami, yang terbaik buatan perusahaan Ae. Ott-Piacenza di Kempten, Allgau, Jerman.
Alat ini memang agak mahal (DM 185 atau ± Rp 300.000,- belum termasuk ongkos kirim) tetapi aman dan pengaruhnya dalam waktu tak terbatas. Kompensator jenis ini dibuat dalam berbagai ukuran – dari yang sebesar setengah batu bata sampai yang dapat dikalungkan di leher.
Sayangnya, bahan aktif dalam alat ini merupakan rahasia keluarga si produsen.
Bahan yang dipakai untuk rumah juga berpengaruh. Yang paling sehat atau aman adalah kayu, kemudian batu bata. Besi beton termasuk kurang baik karena menyalurkan pengaruh medan geopatis, khususnya kalau seluruh rumah dibangun dari besi beton.
Yang terjelek, rumah modern dari aluminium dan kaca. Aluminium merupakan logam yang mempengaruhi manusia dengan cara yang tidak baik. Sebaliknya, emas, perak, dan tembaga terhitung logam yang baik. (Penulis seorang radiestet, ahli bioantropologi, dan guru besar Universitos Airlangga, Surabaya – Intisari Mei 1996)
Baca juga: 5 Mitos Unik Hewan yang Mendatangi Rumah Kita, Anda Percaya?