6. Tempat kuliner
Wilayah pelabuhan utama Pulau Penyengat (menuju pintu masuk gerbang utama), terdapat kedai-kedai makan. Kue mungil derum-derum berbentuk bulat cincin merupakan kue khas daerah tersebut.
Anda bisa mencecapi kuliner khas Melayu Pulau Penyengat, seperti Nasi Minyak, Nasi Dagang, Es Dohot, Daging Kormak, Sambal Lumat, Tamban Masak Asam, Kalio Daging, kue Anta Kesuma, kue Talam Belaok, kue Putri Dua Sebilik, Pacri Bombai, Nasi Melaka, dan lainnya.
7. Baju kurung
Anda ingin memesan baju kurung aneka model khas Melayu Pulau Penyengat dengan potongan cekak cine, teluk belanga, cekak musang, atau keke?
Atau Anda ingin memesan baju kebaya Melayu gaya labuh, pendek atau pesak enam?
Jangan khawatir, beberapa penjahit legendaris di pulau ini dapat memenuhi pesanan Anda.
Sebenarnya masih banyak hal lainnya yang dapat Anda lakukan ketika menjelajah Pulau Penyengat. Bercakap dengan warga akan menjadi pengalaman tersendiri.
Jika Anda berkeliling Masjid Raya Sultan Riau bersama para tokoh, tak ada salahnya jika Anda belajar berpantun bersama.
Sambil berwisata, kita dapat mempelajari khazanah kebudayaan Melayu Pulau Penyengat.
Bagaimana cara menuju Pulau Penyengat?
Jika Anda menginap di Tanjungpinang kota, Anda dapat menaiki pompong (kapal) dari Pelabuhan Pulau Penyengat dengan membayar Rp7.000 sekali jalan.
Usai berwisata di Pulau Penyengat, Anda dapat berkeliling Tanjungpinang kota, menikmati nuansa kota lama dengan bangunan pertokoan berarsitektur modern era tahun 50-an, berkeliling Pecinan Tanjungpinang, atau berkeliling kota lama menikmati heritage walk.
Menyusuri kota lama, Anda dapat melihat bangunan kuno, seperti gedung museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah, Gedung Daerah, tugu titik nol Tanjungpinang, dan lainnya.
Sekaligus Anda bisa mampir ke warung kopi di sekitar kawasan Jalan Merdeka sekadar mencecapi kuliner kue prata, roti bakar, dan secangkir kopi hitam.
Untuk santap malam, Anda bisa datang ke sentra kuliner Akau Potong Lembu atau aneka restoran, kedai, rumah makan yang tersebar di penjuru Tanjungpinang.
Selagi saya berada di tempat yang menjadi pusat kebudayaan Melayu, maka saya akan menutup tulisan ini dengan sebuah pantun.
"Siang malam makan buah pisang, selamat menjelajah Tanjungpinang." (Agni Malagina)
(Artikel ini sudah tayang di nationalgeographic.grid.id dengan judul “Pulau Penyengat, Pulau Kecil dengan Warisan Budaya Melayu yang Besar”)
Baca Juga : Dari Seledri Hingga Cuka Apel, Ini 5 Bahan Dapur yang Bisa Jadi Obat Untuk Batu Ginjal
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR