Advertorial
Intisari-Online.com -Perdana Menteri Australia Scott Morrison akhirnya mengumumkan pemerintahannya mengakui Yerusalem Barat sebagai ibu kota Israel, Sabtu (15/12/2018).
Pengakuan Australia, Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada hari ini, Sabtu (15/12), bertepatan dengan perayaan hari Sabat oleh umat Yahudi.
Namun, dia mengatakan kedutaan Australia tidak akan pindah dari Tel Aviv, sampai penyelesaian damai tercapai.
Dia menambahkan, Australia juga mengakui aspirasi orang-orang Palestina akan negara yang beribukotakan Yerusalem Timur.
Baca Juga : Evolusi Perlengkapan Perang Dalam 1.000 Tahun, dari Pengepungan Yerusalem Hingga Perang Afghanistan
PM Morrison meyakini langkah tersebut akan membantunya mengamankan dukungan kelompok Kristen dan Yahudi menjelang pemilihan umum Mei 2019.
Sebelumnya PM Morrison menggunakan isu Yerusalem sebelum pemilihan sela 20 Oktober 2018.
Namun akibat reaksi penolakan dari Indonesia, Morrison belum mengeluarkan sikap resmi.
Dan hasil pemilihan sela Partai Liberal pimpinan Morrison kalah di Wentworth, Sydney, Australia.
Baca Juga : Israel Jadi Negara Apartheid, Hanya Orang Yahudi yang Punya Hak di Sana dan Yerusalem Jadi Ibukotanya
Diwartakan ABC News, Sabtu (15/12/2018), PM Scott Morrison mengumumkan pergeseran kebijakan luar negeri tersebut sebagai keputusan yang berimbang dan terukur.
"Australia sekarang mengakui Yerusalem Barat, yang menjadi pusat pemerintahan Knesset (Parlemen Israel) dan banyak lembaga pemerintahan, adalah ibu kota Israel," katanya dalam sebuah pidato di Sydney.
Selanjutnya terkait dengan solusi dua negara, pemerintah Australia juga telah memutuskan untuk mengakui aspirasi rakyat Palestina bagi negara masa depan mereka dengan ibu kota di Yerusalem Timur.
Morrison memilih tunda pemindahan kedutaan besar Australia dari Tel Alviv.
Australia juga berencana untuk mendirikan kantor perdagangan dan pertahanan di Yerusalem barat.
"Kami berharap pindahkan kedubes kami ke Yerusalem Barat ketika mungkin, untuk mendukung dan setelah penentuan status akhir," ucapnya.
Pascapengumuman tersebut, Pemerintah Australia mewanti-wanti penduduknya yang akan berpergian ke Indonesia untuk waspada, menyusul rencana Canberra mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel.
Melansir dw.indonesia, warga Australia yang bersiap terbang ke Indonesia untuk menyambut masa liburan "diharapkan menerapkan kewaspadaan tinggi," tulis Kementerian Luar Negeri.
Baca Juga : Benarkah Yerusalem Tak Akan Penah Damai? Inilah 10 Fakta Rebutan Yerusalem Sejak Zaman Daud Hingga Zionis
Kementerian Luar Negeri di Canberra mengatakan: "Berbagai aksi demonstrasi sudah terjadi sejak beberapa pekan terakhir di sekitar Kedutaan Besar Australia di Jakarta dan Konsulat Jendral di Surabaya."
"Protes kemungkinan akan berlanjut di Kedutaan di Jakarta atau di Konsulat Jendral di Surabaya, Bali dan Makasar," tulis Kemenlu di Canberra lagi.
Indonesia sejak awal sudah menekan Australia untuk membatalkan rencana tersebut, antara lain dengan menunda ratifikasi perjanjian perdagangan bebas yang sudah rampung.
Sementara itu pejabat senior Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) Nabil Shaath menyerukan negara-negara Arab memboikot produk Australia.
Menurutnya jika negara-negara Teluk "bereaksi negatif dalam bentuk mengurangi volume impor, maka ini akan benar-benar melukai Australia."
"Arab Saudi adalah importir daging terbesar dari Australia," ujarnya kepada situs Plus 61J seperti dilansir The Guardian.
"Australia tidak memonopoli produksi daging sapi, jagung dan gandum di dunia. Ada banyak kompetitor lain."
Ancaman Shaath senada dengan peringatan Wakil Perdana Menteri Australia, Barnaby Jocye.
Baca Juga : Jimat Berumur 1.000 Tahun Ditemukan di Yerusalem, Tulisan di Atasnya Menggetarkan Hati
Ia menilai negara pengimpor produk agrikultur Australia seperti Indonesia, Qatar, Arab Saudi, Bahrain dan Yordania "sangat sensitif" terkait isu pengakuan Yerusalem.
Kedutaan AS dipindahkan dari Tel Aviv ke Yerusalem pada bulan Mei.
Status Yerusalem adalah salah satu masalah yang paling diperebutkan antara Israel dan Palestina.
Presiden AS Donald Trump mendapat kecaman internasional tahun lalu ketika ia membalik kebijakan luar negeri Amerika selama beberapa dekade dengan mengakui kota kuno itu sebagai ibu kota Israel.
Sebelum Australia, negara lain seperti Guatemala dan Paraguay juga telah mengumumkan pengakuan terhadap Yerusalem sebagai ibu kota Israel, mengikuti jejak Amerika Serikat.
Namun, Paraguay mencabut keputusan tersebut setelah terjadi perubahan kepemimpinan.
Kepentingan pemilu
Australia bersikeras tidak ingin didikte Indonesia soal isu Yerusalem dan siap menunda penandatangan perjanjian dagang seperti yang diisyaratkan Jakarta. PM Scott Morrison memiliki alasan khusus atas manuvernya tersebut.
Baca Juga : Kedahsyatan Pedang Damaskus, Pedang Salahuddin Al-Ayyubi Saat Menaklukkan Yerusalem
"Lebih parah lagi, kita sekarang menyaksikan keputusan buruk dibuat melalui perpecahan pahit di tubuh Partai Liberal."
Jokowi yang menghadapi pemilu kepresidenan pada 17 April 2019 mungkin bisa berkaca pada Morrison.
Bersama Ma'ruf Amin, dia pun mencoba memanfaatkan isu Palestina untuk kepentingan pemilu. Jokowi diyakini khawatir kebijakan Australia bisa membuahkan serangan politik di dalam negeri.
Mungkin sebab itu pula PM Australia mengklaim Jokowi memahami penjelasannya terkait dinamika politik seputar isu Yerusalem. "Saya tahu (penjelasan) saya diterima dengan baik," kata sang perdana menteri.
rzn/hp (9news, theguardian, abc)
Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul "Akhirnya Australia Akui Yerusalem Ibu Kota Israel, Imbau Warganya Waspada saat Liburan di Indonesia".
Baca Juga : Kedahsyatan Pedang Damaskus, Pedang Salahuddin Al-Ayyubi Saat Menaklukkan Yerusalem