Advertorial
Intisari-Online.com – Menurut Anda, peremajaan vagina itu sebuah tren atau suatu kebutuhan?
Seperti yang kita tahu, dulu perawatan wajah yang sering dilakukan berkaitan dengan wajah. Namun semakin ke sini, perawatan tidak hanya dilakukan pada area wajah.
Bahkan adalah sebuah tren yang disebut peremajaan vagina (vaginal rejunivation).
Namun nyatanya peremajaan vagina bukan hanya sebuah tren, melainkan sebuah kebutuhan esensial wanita.
Menurut Dr. Yassin Yanuar Mohammad, SpOG (K), M.SC sekaligus CEO Bamed Healthcare Group dalam sebuah event di Jakarta Pusat pada Selasa (27/11/2018), peremajaan vagina merupakan perawatan vagina jika bagian intim wanita tersebut mengalami perubahan.
Perubahan vagina antara lain bentuknya yang lebih besar, warga agak kehitaman, hingga rasa ketidaknyamanan saat memakai pakaian ketat.
Nah, oleh karenanya ada tindakan yang bisa meremajakan vagina agar perubahan vagina yang terjadi pada Anda tidak terjadi lagi.
Ada tiga tindakan, pertama non-inasif, semi-invasif (keduanya tidak melakukan operasi), dan invasif (melakukan operasi).
Ketiga tindakan peremajaan vagina tersebut dapat memperbaiki jaringan vagina, kelenturan dinding vagina, meningkatkan sensasi saat melakukan hubungan seks, hingga memperbaiki kulit labia yang mengendur.
Mereka yang biasanya melakukan peremajaan vagina adalah wanita yang telah menikah dan telah memiliki banyak anak.
Namun tidak dipungkiri gadis remaja juga bisa melakukan.
dr. Ni Komang Yeni Dhanasari, SpOG menjelaskan ada salah satu pasiennya merupakan remaja perempuan berusia 18 tahun. Namun ia berprofesi sebagai atlet.
Ketika memakai baju ketat untuk training, si atlet merasa tidak nyaman dengan bagian intimnya.
Oleh karenanya, ia melakukan peremajaan vagina agar ia menjadi nyaman saat menggunakan pakaian ketat dan melakukan olahraga.
Untuk non-inasif dan semi-invasif, ini bisa dilakukan tanpa operasi. Walau begitu, ada pemeriksaan menyeluruh sebelum melakukan hal ini.
Seperti pemeriksaan kesehatan calon pasien dan bagaimana kondisi vaginanya. Jadi, tidak boleh sembarangan melakukan peremajaan vagina.
dr. Yeni menambahkan biasanya proses peremajaan vagina tanpa operasi hanya berlangsung selama tujuh menit. Namun untuk mempersiapkan segalanya, dari pemeriksaan hingga proses, dibutuhkan waktu hingga 1,5 jam.
Untuk siapa yang boleh melakukannya, ia menambahkan bahwa semua wanita bisa melakukannya tanpa terhalang usia.
Hanya saja, ada perbedaan antara proses peremajaan vagina wanita muda dan lebih tua.
Contoh untuk mereka yang di bawah 18 tahun, tidak boleh. Sebab, bentuk vagina mereka masih bisa berubah.
Sementara untuk wanita lebih tua, khususnya yang sudah memasuki menopause, dosis yang digunakan lebih sedikit digunakan.
Hal ini dikarenakan bentuk dan kondisi vagina sudah banyak berubah dan lebih rentan.
Ada beberapa efek samping yang bisa terjadi akibat proses peremajaan vagina (baik operasi atau tidak), antara lain: scar, pendarahan, dan vagina yang lengket.
Oleh sebabnya, dr. Yeni menambahkan pasien harus mengikuti prosedur dengan baik dan memilih tempat perawatan yang baik.
Karena berbagai efek samping tersebut bisa terjadi jika pasien salah memilih dokter, tempat perawatan, dan juga alat yang digunakan.
Untuk tindakan invasif (operasi), dr. Dasep Suwanda, SpOG mengatakan ada macam-macam tindakan operasi untuk peremajaan vagina.
Seperti clitoralhood reduction hingga vaginoplasty. Namun tujuannya sama-sama untuk memperbaiki atau merapatkan kembali selaput dara pada perempuan.
Prosesnya pun hampir sama seperti operasi bedah lainnya. Hanya saja harus lebih tepat. Sebab, vagina merupakan organ intim satu-satunya wanita dan sangat penting.
Pasca operasi, pasien juga harus benar-benar menjaga kondisi vaginanya. Seperti tidak melakukan hubungan seks hingga enam minggu lamanya.
Tentu kita semua tahu bahwa untuk cantik dan nyaman tidak bisa instan, akan ada proses yang harus kita lewati.
Jadi, mau mencoba peremajaan vagina untuk membuat Anda lebih nyaman dan percaya diri?