“Aah, umur tujuh tahun terjadi trauma dalam hidupmu,” Laila sedang memelototi kupingnya, membuat nyawanya serasa terbetot kembali ke Bumi.
“Papa meninggal karena kecelakaan ... ,” tak sadar ia menjawab.
(Baca juga: Pria ini Ungkap Kengerian Menjadi Saksi Resmi Proses Eksekusi Mati Lebih dari 60 Narapidana)
“Okay, Ric, ramalan ‘kan cuma ramalan. Yang penting niih .... di sini ... dan .. di Atas!” Laila menyentuh dada Rico, lalu menunjuk ke atas.
Teman-teman yang sedari tadi ikut menyimak memberi aplaus dan bergantian tunjuk jari minta diramal.
Laila benar, penentu adalah dirinya sendiri dan Tuhan. Bagaimana mungkin dia melupakan-Nya? Pelan keberanian mengalir hangat di hatinya, menegakkan nyalinya, mengokohkan jiwanya. (Lily Wibisono – Intisari Januari 2016)
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR