Intisari-online.com - Australia ternyata sudah lama menganggap Indonesia sebagai ancaman.
Apalagi Indonesia terus meningkatkan kekuatan militernya antara lain dengan pengadaan satu skadron jet tempur Su-35 dan puluhan tank Leopard II.
Kehadiran SU-35 jelas akan menjadi ancaman serius bagi Australia mengingat dalam peperangan SU-35 dikenal lebih tangguh dibandingkan jet-jet tempur F-18 Hornet Australia.
Meski pada 2015 Menteri Pertahanan Ryamizard Racudu menekankan bahwa Australia bukan ancaman bagi Indonesia, tapi Australia-lah yang menganggap Indonesia sebagai ancaman.
Baca: Mulai Sekarang, Berhentilah Makan Nasi Sisa Kemarin! Ini Alasannya
"Australia bagi kita bukan ancaman, Australia yang anggap kita ancaman. Itu tidak masalah. Kecuali kalau kedaulatan kita terrganggu," kata Ryamizard saat membuka 'Focus Group Discussion Bela Negara' di Kementerian Pertahanan, Jumat (31/7/2015).
Untuk menghadapi ancaman dari Indonesia itu, Australia pun makin meningkatkan kekuatan militer, khususnya Angkatan Laut-nya.
Angkatan Laut Australia telah berambisi membangun sendiri tiga kapal perusak khusus untuk peperangan udara, dan 12 kapal selam konvensional besar.
Namun pembangunan ketiga Air Warfare Destroyer (AWD) mengalami keterlambatan, sehingga paling cepat baru rampung tahun 2019.
Kesulitan ini terutama karena galangan kapal Australia kekurangan tenaga trampil dalam pembuatan blok kapal, sejak proyek kapal fregat Anzac rampung tahun 2006..
Pembangunan ketiga AWD yang merupakan program pengadaan alat pertahanan terbesar Australia, menelan biaya sekitar Rp 50 triliun dan memerlukan 2.500 tenaga kerja.
Ketiga kapal perusak, HMAS Hobart sudah beroprasi sejak Maret 2016, Brisbane pada September 2017, dan Sydney recananya beroperasi pada Maret 2019.
Rancangan AWD itu didasarkan pada fregat F100 yang dibuat oleh Navantia Spanyol, dan dikerjakan di galangan pemerintah di Techport, Australia Selatan.
Penulis | : | Yoyok Prima Maulana |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR