Find Us On Social Media :

87 Tahun Jakob Oetama: Jurnalisme Makna dalam Era Banjir Informasi

By Intisari Online, Kamis, 27 September 2018 | 08:00 WIB

Informasi yang dipersepsikan sebagai sumber pengetahuan mulai dikhawatirkan sebagai sumber kecemasan. Lubernya informasi tidak lain berarti bahwa ada jenis informasi yang bukan saja tidak sempat diolah akan tetapi juga sama sekali tidak mungkin dipakai.” — Jakob Oetama

Intisari-Online.com - Tahukah Anda, berapa berita yang diunggah media online dalam satu hari? Satu media online arus utama di Indonesia setidaknya mengunggah 400 hingga 2.500 berita per hari.

Itu baru satu media online.

Berapa media online yang kerap Anda sambangi dalam satu hari? Lantas, berapa berita yang Anda baca dalam satu hari? Mungkin tak sampai 10 berita.

Baca Juga : Liaoning, Kapal Induk China yang Dibangun dari Besi Rongsok dan 'Menipu' Ukraina

Meski jumlah berita dalam satu hari mengalir deras, namun media tak lagi menjadi satu-satunya sumber informasi bagi masyarakat. Ada media sosial yang acapkali malah lebih cepat memberikan informasi atas sebuah peristiwa.

Konon, ada 6.000 twit di Twitter setiap detiknya. Sementara di Facebook, media sosial paling populer di Indonesia, memproduksi 293.000 status setiap 60 detik. Ada 2,2 miliar orang di seluruh dunia aktif setiap hari di media sosial buatan Mark Zuckerberg itu.

Jangan lupakan video. Setiap menit, 300 jam video diunggah ke Youtube.

Absolutely, informasi kini mengalir bak air bah. Banjir. Luber, melebihi kemampuan kita untuk menyerapnya. Segala informasi itu bahkan kini datang mengunjungi ruang-ruang personal kita di layar ponsel dan laptop, menyusup dalam pesan broadcast di Whatsapp atau Line.

Baca Juga : Duh! Uji Coba Rudal, Vladimir Putin Malah Ledakkan Kapal Perang Saat Latihan

Cilakanya, kita seringkali tidak tahu apakah informasi yang datang benar atau salah. Era banjir informasi sekaligus juga merupakan era ketidakpastian informasi.

Ironis, di era digital, ketika informasi melimpah banyak, kebenaran justru menjadi sesuatu semakin tidak pasti, kata Bill Kovach dan Tom Rosenstiel, kritikus media dalam bukunya Blur.

Alih-alih memberi kepastian, media tradisional, yang dulu menjadi the guardian angle of information, tak sedikit yang terpeleset mengamplifikasi ketidakpastian semata-mata demi kepentingan komoditas informasi. Informasi malah menjadi sumber kecemasan baru.