Penulis
Intisari-Online.com –Selain kondisi yang hancur-hancuran, Perang Dunia II juga memunculkan jenderal-jenderal jempolan.
Siapakah jenderal-jenderal yang terpandai selama perang itu?
Tinjauan ini berdasarkan karangan Captain B.H. Liddell Hart, penulis termashur di bidang kemiliteran yang oleh jenderal Jerman Guderian dianggap sebagai “gurunya".
Setelah mengemukakan bahwa masa pancaroba di medan perang Pasifik dimulai dengan kekalahan Jepang dalam pertempuran Laut Karang (Mei 1942) dan pertempuran pulau Midway sebulan sesudahnya, Captain Liddell Hart meninjau keadaan dimedan perang Eropa.
Baca juga: Berkah di Balik Musibah, Kebakaran Hutan di Irlandia Ungkap Pesan Perang Dunia II yang Tersembunyi
Pancaroba di sana terjadi dengan peristiwa Stalingrad (Nov. 1942), akan tetapi di Laut Tengah lebih dulu sudah terjadi peristiwa penting lain dimedan perang Afrika.
Buat pertama kali jenderal Erwin Rommel dikalahkan dalam bulan Juli 1942, ketika jenderal (Inggris) Auchinleek memimpin sendiri Tentara Inggris ke-8.
“Sekarang jelaslah bahwa bagian pertama dari Pertempuran Alamein sebenarnya merupakan pancaroba, meskipun baik Churchill maupun Montgomery dalam memoires mereka mengaburkan kenjataan ini.”
Dalam bulan Agustus Auchinleck dihentikan oleh Churchill, juga tak sabar lagi karena Auchinleck menolak meneruskan ofensif. Auchinleck mau menunggu sampai datang bala bantuan baru.
Alexander mengganti Auchinleck, dan mengangkat Montgomery sebagai komandan Tentara ke-8 tapi iapun tak segera beroffensif. Ini baru terjadi dalam bulan Oktober, setelah balabantuan baru itu datang. Rommel dipukul mundur oleh Montgomery.
Baca juga: Saat Seks Dijadikan Senjata Propaganda Selama Perang Dunia II
Pendaratan Sekutu dipulau Sicilia menyebabkan jatuhnja Mussolini (Juli 1943), dan jalan kedaratan Itali terbuka. Akan tetapi reaksi Jerman (jenderal Kesselring) luar biasa cepatnya, dan berhasil menghalangi kemajuan Sekutu.
Para jenderal Sekutu kurang pandai mengatasi halangan itu, kecuali jenderal (Perancis) Guitlattme, pemimpin suatu korps tentara. la merupakan kekecualian yang cermerlang.
Lalu menyusul pendaratan Sekutu (jenderal Eisenhower) di Normandie, Juni 1944. Seluruh tentara Sekutu dimekanisir, sebagian besar dari tentara Jerman masih menggunakan pengangkutan dengan kuda.
Tenaga cadangan serap tank Jerman dilumpuhkan oleh angkatan udara Sekutu yang 30 kali lebih kuat dari pada angkatan udara Jerman setempat.
Kesalahan-kesalahan militer yang dibuat oleh pihak Sekutu sejak tahun 1942 (segera setelah Amerika turut berperang) bukanlah bersifat serius. Cekcok antara jenderal-jenderal Sekutu, dalam memoires mereka masing-masing sebagian besar mengenai soal-soal sekunder.
Dan bila jalan lain yang dipilih (seperti yang dikehendaki Montgomery, yakni menjerang Jerman sesudah Normandie dengan satu serangan tunggal yang sempit, tapi padat), disangsikan apakah itu kurang berdarah bagi Sekutu dan akan menyingkatkan masa perang. (Seperti diketahui offensif yang sungguh terjadi ialah menurut konsep Eisenhower: menyerang dari Normandie ke Jerman (sungai Rhein) melalui suatu front yang lebar).
“Siapakah jenderal-jenderal yang terpandai dan bagaimana menentukan tingkat kepahdaiannya itu?”
Jenderal Claude Auchinleck pandai, tapi ia tiba di Afrika Utara dengan tiga handicap : asing dengan perang tanah gurun, asing dengan tentara yang mekanis, dan asing dengan tentara Inggeris (ia hanya berdinas di India).
Ini menyulitkan bagi dia untuk memilih pembantu-pembantu yang tepat. Akan tetapi dua kali, ketika terbit krisis, ia turun tangan sendiri dan berhasil menolak bencana. Kepandaiannya ini cukup diakui oleh jenderal Rommel.
“Kalau Auchinleck tidak dihentikan oleh Churchill, segera setelah ia berhasil menyelamatkan keadaan tadi, mungkin ia dapat membuktikan dirinya sebagai komandan terpandai dari seluruh militer Inggeris, atau dari seluruh militer Sekutu."
Jasa jenderal (Inggeris) Alexander susah dinilai, karena ia memberi kebebasan yang besar sekali kepada bawahannya, seperti Montgomery di Alamein, sehingga pengaruh Alexander susah dapat ditentukan.
Captain Liddell Hart tak begitu memandang tinggi kualitas jenderal (Inggeris) Alanbrooke. Sebaliknya ia memuji jenderal (Amerika) George C. Marshall sebagai organisator, pandangan strateginya dan wataknya.
Akan tetapi kepandaiannya sulit ditentukan, karena ia bertindak secara kolektif dengan militer-militer lain (sebagai kepala staf tentara). Ia tak pernah diberi kesempatan memperlihatkan kepandaiannya dalam memimpin tunggal suatu komando.
Begitu juga sulit menilai Eisenhower, karena ia bertindak kolektif. Sebagai pucuk pimpinan ia lebih bertindak sebagai ko-ordinator: sebagian disebabkan karena ia memang sederhana, tak mau menonjolkan diri dan sebagian karena kebijaksanaannya yang instinctif dalam hubungan antar-manusia (human relations).
Eisenhower bukanlah seorang ahli-strategi besar dalam arti operasionil, akan tetapi disangsikan apakah ada orang lain yang lebih baik daripada Eisenhower untuk mengatur dan melayani suatu team militer-militer internasional yang terdiri dari demikian banyak matiani dan pandangan.
Diantara para jenderal Amerika, jenderal Bradley sejak permulaan memperlihatkan kepandaian yang nyata sekali sebagai komandan suatu korps tentara. Mungkin diantara semua jenderal di medan perang Eropa Omar, Bradley inilah yang terpandai, yaitu jika diambil ukuran all-round, ukuran yang memperhitungkan segala macam sifat.
Baca juga: Mematikan, Inilah 6 Deretan Senjata Infanteri Terbaik Perang Dunia II
Jenderal Patton adalah pribadi yang berlainan macamnya. Kalau Bradley sabar, Patton justeru sebaliknya. Dan seringkali Patton sangat tidak adil dalam tindakan la dapat dinamakan “Monty" (Montgomery) Amerika, akan tetapi karena ia tumbuh dalam lingkungan yang lebih acuh tak acuh daripada lingkungan Inggeris, maka ia lebih suka menonjolkan diri, lebih cepat marah. lebih intoleran dan lebih sulit dalam teamwork.
Akan tetapi Patton memiliki sifat-sifat yang nyata sebagai pemimpin yang mobil dan penuh dynamik.
Sebagai yang paling dynamis dari semua komandan Sekutu dimedan perang Barat, ia membuktikan kepandaiannya dalam melaksanakan suatu operasi serba cepat, pandai menggunakan kesempatan-kesempatan yang timbul, sehingga ia dapat dibandingkan dengan jenderal-jenderal Jerman ketika mereka melontarkan Blitzkrieg.
Di medan perang Pasifik jenderal MacArthur bukan saja yang tertinggi mengenai pangkat tapi pun mengenai kewibawaan.
Baca juga: (Foto) 10 Potret Menyedihkan Pasca Perang Dunia II, Salah Satunya Orang yang Akan Dieksekusi
Kepribadiannya yang kuat, pengertian strateginya, kepandaiannya dibidang taktik kecepatan bergerak dalam operasi dan pandangannya yang jauh kombinasi semua sifat ini menempatkan dia setaraf lebih tinggi daripada komandan lain diwilayah perang manapun.
Kesalahan-kesalahannya juga besar akan tetapi bila ditimbang, sifat-sifatnya yang baik lebih berat. Di medan perang Barat ada seorang jenderal Sekutu yang memiliki kombinasi dynam;? dari sifat-sifat yang sama, yaitu jenderal (Perancis) de Lattre de Tassigny, akan tetapi kesempatan untuk memperlihatkan sifat-sifat itu jauh iebih terbatas baginya.
Usaha untuk menempatkan jenderal-jenderal Sekutu yang lain, lebih rendah atau lebih tinggi, lebih sulit oleh karena keadaan ketika mereka bertindak saling berlainan sekali.
Jenderal-jenderal yang duduk dipucuk pimpinan sulit dinilai karena mereka tat dapat dipisahkan dari staf mereka, dan mereka tak pernah diberi komando dimedan perang Dan jenderaF yang diberi komando dibabakan terakhir dan peperangan, yaitu ketika kekuatan Sekutu sudah jauh lebih besar daripada kekuatan lawan, dapat berperang dalam keadaan yang demikian menguntungkan hingga tak adil membandingkan mereka dengan jenderal-jenderal yang berperang dalam keadaan yang jauh lebih buruk, seperti jenderal Auchinleck.
Baca juga: Tentara Rusia Nyaris Perang dengan Tentara Amerika di Suriah, Bahaya Perang Dunia III Mengintai
Apalagi tak seorangpun dari mereka pernah dapat membuktikan disuatu medan perang yang genting, kepandaian untuk menguasai keadaan yang buruk dan mengalahkan lawan yang jauh lebih kuat daripada diri sendiri dan justeru inilah bukti kepandaian seorang jenderal.
Di pihak Jerman memang ada beberapa jenderal yang memperlihatkan bukti itu, terutama jenderal-jenderal (Jerman) Manstein, Guderian dan Rommel.
Sebaliknya para komandan Sekutu yang paling sukses telah mencapai sukses itu dalam keadaan keadaan yang begitu menguntungkan (yaitu kuantitatlf lebih kuat), sehingga nilai kualitatif dari kepandaian mereka. Sendiri tak dapat diukur.
Sukses karena pandai atau karena kuat? Mereka mujur mencapai kemenangan oleh karena mereka tiba dimedan perang ketika saat-saat kritis sudah lewat.
Sesudah memuji jenderal Guderian sebagai ahli perang tank. Captain Liddell Hart mengemukakan bahwa menurut pendapat umum dari para, jenderal Jerman sendiri, Manstein adalah.jenderal yang all-round dan terpandai.
Manstein mempunyai hidung yang paling tajam untuk menilai kemungkinan-kemungkinan operasionil. Kepandaiannya dalam memimpin dan melaksanakan sesuatu operasi tak kurang besarnya.
Dan mengenai potensi senjata mekanis Manstein mempunyai pengertian yang.lebih baik daripada komandan manapun juga yang tidak mendapat latihan dalam pasukan tank.
Bersama dengan Manstein-lah Guderian tahun 1940 menyusun ofensilf Ardennen (1940). Sebagai komandan beberapa golongan tentara (1942) di Rusia, Manstein menyelamatkan keadaan bagi Jerman sesudah Stalingrad jatuh, dengan mengadakan serangan-serangan pembalasan yang brillliant, hingga tentara Rusia mundur dalam keadaan bingung.
Selama dua tahua berikutnja Manstein berhasil menahan berkali-kali serangan Rusia — yaitu dalam keadaan-keadaan yang tidak meaguntungkan bagi Manstein. Tapi Hitler tidak mengerti genialitas Manstein dan menghentikan dia dalam Maret 1944.
“Dengan demikian berakhirlah karier militer dari lawan Sekutu yang paling besar".
Rommel pun cepat dapat menilai senjata tank secara tepat. Ia lebih pandai daripada Manstein sebagai taktikus dan juga lebih gesit. Mula-mula ia cenderung untuk memandang rendah faktor-faktor administratif, akan tetapi setelah pengalamannya bertambah ia lebih menguasai pula soal-soal strategi.
Sayang Kremlin belum membuka arsip-arsipnya, hingga kita tak mempunyai cukup keterangan untuk menilai secara tepat komandan-komandan Rusia. Akan tetapi ditilik dari garis besarnya operasi-operasi mereka dan berdasarkan kesaksian dari jenderal-jenderal Jerman, lawan mereka, dapatlah ditarik kesimpulan yang pasti bahwa marsekal Zhukov telah mencapai tingkat yang tinggi sebagai jenderal yang allround, sedangkan sejumlah komandan lain seperti Konev dan Rokosspvsky hampir mendekati dia sebagai ahli perang yang menguasai 'the art of manoeuvre". (Disarikan dari "The Listener" 3 Sept. 1964 – Intisari Desember 1964)
Baca juga: Ramalan Nostradamus: Perang Dunia III Mulai dari Timur Tengah