Find Us On Social Media :

Dihukum Seumur Hidup, Remaja 18 Tahun Ini Jadi Wanita Termuda yang Dipenjara dalam Kasus Terorisme

By Mentari DP, Minggu, 5 Agustus 2018 | 12:00 WIB

Namun, harapan Safaa untuk menikah dengan Naweed buyar setelah pada Agustus 2016 dia dicegah di bandara dan paspornya disita.

Gagal berangkat ke Suriah, Safaa memutuskan untuk melakukan aksinya di Inggris.

Untuk membahas dan merencanakan aksi itu Safaa menggunakan bahasa sandi seperi "nanas" untuk granat dengan kontak-kontaknya di dunia maya.

Tanpa sepengetahuan Safaa kontak yang diyakininya adalah anggota ISIS itu ternyata adalah agen intelijen Inggris yang menyamar.

Di sisi lain, Naweed Hussain tewas dalam sebuah serangan drone di Suriah.

Saat Safaa didakwa merencanakan aksi terorisme pada April 2017, dia melempar tanggung jawab itu kepada kakaknya Rizlaine dan ibu mereka, Mina Dich.

Berdasarkan penyadapan kepolisian ketiga perempuan ini membicarakan pesta minum teh Alice in Wonderland yang dianggap jaksa adalah bahasa kode untuk merencanakan serangan.

Rizlaine dan Mina Dich ditangkap setelah dibuntuti polisi mengunjungi sebuah lokasi di sekitar Westminster untuk membeli sejumlah pisau.

Keduanya kemudian mengaku bersalah atas dakwaan yang dijeratkan tetapi Safaa membantah terlibat dalam rencana tersebut.

Seorang perwira polisi anti-terorisme Dean Haydon mengatakan, ini adalah kasus terorisme pertama yang melibatkan stau keluarga yang seluruhnya perempuan.

"Ketiga perempuan itu dipenuhi kebencian dan amat bertekad melakukan serangan. Jika mereka berhasil, maka sejumlah orang akan tewas atau terluka," kata Dean. (Ervan Hardoko)

(Artikel ini telah tayang di kompas.com dengan judul "Remaja Ini Jadi Wanita Termuda yang Dipenjara dalam Kasus Terorisme")

Baca juga: Cegah Pejuang ISIS, Irak Bangun Pagar Keamanan di Sepanjang Perbatasan Dengan Suriah