Dihukum Seumur Hidup, Remaja 18 Tahun Ini Jadi Wanita Termuda yang Dipenjara dalam Kasus Terorisme

Mentari DP

Penulis

Bersama ibu dan kakak perempuannya, ia membentuk sel perempuan ISIS pertama di Inggris, akan menjalani masa hukuman setidaknya 13 tahun.

Intisari-Online.com – Seorang remaja London dijatuhi hukuman penjara seumur hidup, Jumat (3/8/2018), setelah dinyatakan terbukti merencanakan serangan teror di negeri itu.

Safaa Boular (18) menjadi perempuan paling muda yang dijatuhi hukuman penjara terkait tindak pidana terorisme di Inggris.

Safaa, yang bersama ibu dan kakak perempuannya membentuk sel perempuan ISIS pertama di Inggris, akan menjalani masa hukuman setidaknya 13 tahun.

Dengan menggunakan bahasa sandi bertema pesta minum teh, Safaa merencanakan serangan di ibu kota Inggris itu.

Baca juga:Berbagai Jenis Senjata Buatan Israel Ditemukan di Gudang Milik ISIS di Suriah: Apakah Israel dan ISIS Bersekutu?

Rencana itu disusun setelah aparat keamanan Inggris mencegahnya bepergian ke Suriah untuk menikahi anggota ISIS yang dikenalnya di dunia maya.

"Meski dia mengatakan dipengaruhi sehingga masuk ke dalam lingkaran terorisme, nampaknya dia amat memahami apa yang dilakukannya dan menjalaninya dengan sadar," ujar hakim Mark Dennis dalam amar putusannya.

"Keyakinannya ini sudah amat dalam," tambah hakim yang menolak klaim yang menyebut Safaa menolak ekstremisme.

Pada Juni lalu, kakak perempuannya Rizlaine Boular (22), juga dijatuhi hukuman penjara seumur hidup dengan masa hukuman minimal 16 tahun.

Sementara ibu mereka Mina Dich yang kelahiran Maroko dijatuhi hukuman enam tahun dan sembilan bulan karena membantu rencana kedua putrinya itu.

Safaa baru berusia 16 tahun saat dia mengenal anggota ISIS kelahiran Inggris Naweed Hussain (32) lewat dunia maya.

Mereka lalu berencana menikah dan bagaimana cara Safaa mengenakan sabuk bom bunuh diri lalu melakukan aksinya.

Baca juga:Media Propaganda ISIS: Putra Abu Bakr al-Baghdadi Terbunuh di Suriah

Namun, harapan Safaa untuk menikah dengan Naweed buyar setelah pada Agustus 2016 dia dicegah di bandara dan paspornya disita.

Gagal berangkat ke Suriah, Safaa memutuskan untuk melakukan aksinya di Inggris.

Untuk membahas dan merencanakan aksi itu Safaa menggunakan bahasa sandi seperi "nanas" untuk granat dengan kontak-kontaknya di dunia maya.

Tanpa sepengetahuan Safaa kontak yang diyakininya adalah anggota ISIS itu ternyata adalah agen intelijen Inggris yang menyamar.

Di sisi lain, Naweed Hussain tewas dalam sebuah serangan drone di Suriah.

Saat Safaa didakwa merencanakan aksi terorisme pada April 2017, dia melempar tanggung jawab itu kepada kakaknya Rizlaine dan ibu mereka, Mina Dich.

Berdasarkan penyadapan kepolisian ketiga perempuan ini membicarakan pesta minum teh Alice in Wonderland yang dianggap jaksa adalah bahasa kode untuk merencanakan serangan.

Rizlaine dan Mina Dich ditangkap setelah dibuntuti polisi mengunjungi sebuah lokasi di sekitar Westminster untuk membeli sejumlah pisau.

Keduanya kemudian mengaku bersalah atas dakwaan yang dijeratkan tetapi Safaa membantah terlibat dalam rencana tersebut.

Seorang perwira polisi anti-terorisme Dean Haydon mengatakan, ini adalah kasus terorisme pertama yang melibatkan stau keluarga yang seluruhnya perempuan.

"Ketiga perempuan itu dipenuhi kebencian dan amat bertekad melakukan serangan. Jika mereka berhasil, maka sejumlah orang akan tewas atau terluka," kata Dean. (Ervan Hardoko)

(Artikel ini telah tayang dikompas.comdengan judul "Remaja Ini Jadi Wanita Termuda yang Dipenjara dalam Kasus Terorisme")

Baca juga:Cegah Pejuang ISIS, Irak Bangun Pagar Keamanan di Sepanjang Perbatasan Dengan Suriah

Artikel Terkait