Jangan Salah, Peninggalan Majapahit Tak Hanya di Jawa, di Tapanuli pun Ada

Ade Sulaeman

Penulis

Candi Bahal I

Intisari-Online.com – Agak terasa aneh ketika melihat ada bangunan berbentuk candi di kawasan Sumatra Utara. Memang tak semegah Candi Borobudur. Tapi kawasan candi, yang dikenai juga dengan biara, itu menyimpan potensi wisata yang patut dimunailkan. Mari kita ke sana. Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Mei 2004, ditulis oleh Dyah Hidayati, dengan judul asli Tinggalan Majapahit di Tapanuli.

--

Matahari di daerah yang dihampari padang rumput nan luas dan gersang dengan semak belukar di sana-sini itu terasa membakar kulit. Udara begitu kering dan berdebu. Kawasan Padanglawas memang berada di wilayah dataran rendah di kaki Pegunungan Bukit Barisan yang membujur dari barat laut hingga tenggara. Di situlah berdiri candi-candi Padanglawas, tepatnya di belahan timur Kabupaten Tapanuli Selatan.

Meski tampak gersang, yang ditandai dengan sederetan bukit-bukit gundul, sebagian kawasan Padanglawas merupakan areal ribuan hektar kebun karet dan kelapa sawit. Dua komoditas utama yang menghela roda perekonomian rakyat Padanglawas.

Tak terlalu sulit untuk mencapai kawasan ini. Meski jalan beraspal antara Medan dan Padanglawas "berjerawat" di sana-sini, jalur itu bisa dinikmati tanpa hambatan berarti. Apalagi tersedia bus berpenyejuk udara dengan tarif terjangkau. Tersedia juga bus ekonomi tanpa AC kalau mau lebih int.

Jalur Medan menuju Padanglawas bisa ditempuh melalui Tebingtinggi, Kisaran, Rantauprapat, Kotapinang, Gunungtua. Atau jalur lain dengan menyusuri tepian Danau Toba melalui Tebingtinggi, Pematangsiantar, Parapat, Balige, Tarutung, Sipirok, Gunungtua.

Jika dicapai dari Padang, Sumatra Barat, rutenya Padangpanjang, Bukittinggi, Lubuksikaping, Kotanopan, Padangsiderapuan, Gunungtua. Namun, rate terakhir ini lebih jauh.

Menyimpan potensi

Meski tidak kalah menarik, jangan dibayangkan candi-candi di Padanglawas itu serupa dengan Candi Borobudur di Jawa Tengah atau Candi Prambanan di Yogyakarta. Mereka yang mengagumi benda-benda purbakala seolah menemukan harta karun yang tak ternilai. Sebaran candi-candi yang letaknya tersembunyi di antara hutan, perkebunan, dan sungai itu menyimpan misteri tersendiri. Seluk-beluk candi-candi itu belum terungkap secara pasti.

Dari sekian banyak candi ataupun reruntuhan candi di Padanglawas, yang layak dikunjungi adalah Trio Bahal. Disebut demikian karena terdiri atas tiga candi, yaitu Candi Bahal I, Bahal II, dan Bahal III. Ketiganya kini sudah berdiri tegak berkat upaya pemugaran oleh instansi berwenang selama bertahun-tahun. Ketiga candi itu saling berdekatan dan memiliki karakteristik serupa.

Meski begitu, masing-masing menampilkan gaya arsitektur sendiri. Candi Bahal berlatar belakang Buddhis. Ini ditunjukkan dengan bagian atap candi-candi induknya yang merupakan stilirisasi dari stupa. Bentuk atap paling menarik bisa dilihat pada candi induk Bahal I. Atapnya berbentuk tabung dengan relief-relief uncal (pita beruntai) berupa jalinan bunga. Di bagian kanan dan kiri ambang pintu terpahat bentuk sosok manusia yang kini hanya tersisa dari bagian pinggang ke bawah. Bagian kaki candi terbagi dalam panil-panil yang berisi relief singa dan yaksa (makhluk surgaloka).

Kompleks Trio Bahal ini dibentengi oleh pagar keliling dari bata yang dilengkapi gapura atau gerbang rendah. Semua candi dibangun berbahan bata dengan arah hadap timur. Masing-masing dilengkapi dengan sepasang makara di bagian bawah pipi tangga candi induk. Di sekeliling candi induk, kecuali di bagian belakang, terdapat candi-candi perwara (candi kecil yang melengkapi candi induk). Yang persis berhadapan dengan candi induk berbentuk altar (pendapa).

Di sekeliling candi banyak ditemukan lapik-lapik area maupun penggalan-penggalan area yang bisa jadi rusak akibat usaha penjarahan.

Sebagian temuan telah aman tersimpan di museum situs yang terdapat di kompleks Candi Bahal I. Sebagian lagi terserak di hamparan rumput yang meninggi di halaman candi. Beberapa artefak juga telah diselamatkan dan kini tersimpan di Museum Negeri Medan.

Candi Bahal I menjadi candi primadona di Padanglawas dan kawasan Tapanuli Selatan. Kompleks inilah yang menyedot minat banyak wisatawan, bahkan nyaris tak pernah sepi dibandingkan dengan anggota trio lainnya.

Rupanya, Dinas Perhubungan, Kebudayaan, dan Pariwisata Kabupaten Tapanuli Selatan mencium potensi itu lalu berusaha melengkapinya dengan sarana dan prasarana penunjang. Alhasil, saat hari raya seperti Idul Fitri, pengunjung di Candi Bahal I membeludak. Terlebih lagi setelah dibangun panggung hiburan dan kafe di kompleks ini.

Artikel Terkait