Find Us On Social Media :

Buku Ini Pernah Jadi ‘Medan Pertempuran’ Antara ‘PKI’ dan Pancasila

By Ade Sulaeman, Jumat, 1 Juni 2018 | 09:30 WIB

Setelah keluarnya buku itu, maka buku-buku yang lain akan dinyatakan tidak boleh diterbitkan, tidak boleh beredar atau terlarang.

Demikianlah ancaman pada bidang sejarah yang datang dari pihak PKI dengan A. Anwar Sanusi selaku “project officer”nya.

Ofensif-balas dari staf angkatan bersenjata

Selaku asisten-asisten di dalam memberikan pelajaran pada Kursus Kader Revolusi tersebut, Jenderal Nasution menunjuk Mayor Jenderal Wiluyo Puspoyudo dan Mayor Jenderal S. Sokowati dengan bantuan teknis dari Kolonel (sekarang Brigadir Jenderal) Mas Dartoyo.

Selaku asisten di dalam menguji para peserta Kursus dan sekaligus selaku project officer untuk menghadapi “move-move” dari pihak Anwar Sanusi, Jenderal Nasution menunjuk Mayor Jenderal (sekarang Letnan Jenderal) A.J. Mokoginta dengan bantuan teknis pengarang artikel ini.

Menghadapi move untuk menerbitkan “satu-satunya buku sejarah pergerakan nasional yang sah” itu, Jenderal Nasution memerintahkan kepada Mayor Jenderal A.J. Mokoginta untuk dalam waktu “satu dan dua bulan” menyiapkan sebuah naskah “sejarah pergerakan nasional di bidang bersenjata”.

Menurut Jenderal Mokoginta, perintah itu telah dua kali dicoba untuk melaksanakannya dengan bantuan sejarawan-sejarawan resmi dari keempat Angkatan Bersenjata, tetapi mereka semuanya menyarankan, bahwa hal itu tidak mungkin, atau setidaknya mereka tidak sanggup melakukannya.

Maka pada waktu itu disarankan oleh Kolonel (sekarang Brigadir Jenderal) Sunarso, yang pada waktu itu masih menjadi guru Seskoad, untuk memanggil pengarang artikel ini yang kebetulan juga menjadi guru Seskoad.

Atas pertanyaan Jenderal Mokoginta, saya (pengarang artikel ini)  menyatakan diri sanggup untuk menulis buku sejarah sesuai dengan keinginan Jenderal Nasution itu di dalam waktu “satu dan dua bulan”, yakni dengan pengerahan suatu tim gabungan badan-badang sejarah Angkatan-angkatan dan Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

Tugas itu dimulai pada tanggal 14 Juli 1964 dan selesai tanggal 14 September 1964, jadi tepat dalam jangka waktu yang diberikan.

Tugas itu pastilah tidak dapat terlaksana tanpa kepemimpinan dari Jenderal Mokoginta yang dengan kombinasi sikap bijaksana dan sikap tegas, berhasil menyingkirkan pelbagai hambatan terhadap suksesnya proyek tersebut.

Sayang sekali, pencetakan naskah buku tersebut memakan waktu yang lebih lama daripada waktu menyusunnya.