Find Us On Social Media :

Kisah para Pemeran Pengganti Adegan ‘Panas’ di Film ‘Panas’ Era ’90-an, Benarkah Hanya Demi Uang?

By Ade Sulaeman, Minggu, 1 April 2018 | 16:15 WIB

Adegan panas baginya, bukan hal aneh lagi. Karena itu, ia tak keberatan kendati adegan yang ditawarkan, seputar buka dada dan paha.

"Kali aja nanti bisa setenar Enny Beatrice, Meriam Bellina atau Yati Octavia. Mereka kan terkenal karena keberaniannya berakting," ungkap Rosma yang sudah main di 9 film.

Ia sadar, kemolekan tubuhnya saat ini memegang peranan penting.

"Makanya saya rajin senam dan minum jamu."

Alasan lain kesediaannya menjadi stand-in, adalah honor yang cukup besar, sekitar Rp300 ribu.

"Kalau jadi figuran, paling dapatnya Rp20 ribu hingga Rp50 ribu. Kalau perannya lumayan, dibayar Rp75 ribu."

Lagi pula, tambahnya, pengambilan adegan dilakukan dengan rapi.

“Tubuh saya hanya terlihat bagian belakangnya saja. Ditambah lagi, syuting dilakukan di tempat tertutup. Cuma kru film yang hadir."

Kendati honornya lumayan besar, Rosma tak terlalu menyukai pekerjaan sebagai stand-in.

"Soalnya wajah tak terlihat, cuma badan doang. Orang mana tahu kita main di film itu."

Tak Guna

Sementara pendatang baru yang cukup berani, Lela Anggraini tak pernah mau menggunakan pemeran pengganti untuk beradegan panas.

Bicara soal stand-in, ia berkomentar, "Itu termasuk pekerjaan berani malu kok. Cari uang hanya sekadar mengandalkan tubuh. Biasanya yang memanfaatkan mereka adalah film-film tak berbobot, sekadar barang dagangan."

Dan sebetulnya, lanjut Lela, "Kalau orang film mau bicara jujur, adegan panas tak ada gunanya karena pasti disensor."

Tidak semua artis film menghendaki perannya digantikan stand-in. Misalnya, Lina Budiarti.

Menurut sang suami, Budiyanto, "Saya tak pernah mengizinkan Lina memakai stand-in meski untuk adegan tergolong panas."

Alasannya, para stand-in sering lepas kontrol. Jadilah mereka melakukan adegan lebih berani dibanding jika dimainkan sendiri oleh si pemeran yang digantikan.

"Mereka kan tidak punya risiko, selain ditonton kru film. Nah, kalau si artisnya sendiri pasti akan berpikir lebih jauh, bagaimana kalau film itu lolos sensor. Bagaimana nanti tanggapan penonton yang hanya tahu, si artislah yang memerankan adegan itu."

Menurut Budiyanto stand-in pasti digunakan si pemeran sesungguhnya, karena ia memiliki cacat fisik, bagian-bagian tertentu tubuhnya sudah kendur atau tak proporsional.

"Nah, istri saya badannya masih padat, berisi dan proporsional. Jadi untuk apa ia pakai stand-in?" Asyik... (Bambang, Maman, Yanti)

Artikel ini pernah terbit di Tabloid Nova No. 106/III 4 Maret 1990 dengan judul Kisah Pemeran Pengganti Adegan Panas: Kalau Tak Berani, Mana Bisa Terkenal?

(Baca juga: Bukannya Bikin Ngeri, 'Mayat' dalam Selokan Hitam Penuh Sampah Ini Malah Bikin Orang Tertawa)