Advertorial
Intisari-Online.com -Di era Perang Dingin (1987) Korea Utara sebenarnya bukan bermaksud menjadi negara yang tertutup.
Pada tahun itu, ketika negara-negara Barat sedang gencar melakukan investasi di kawasan Asia, Korut juga berharap dapat imbas dari investasi itu.
(Baca juga:Beda dari yang Lain, Hotel Ini Dijuluki Hotel Terkecil di Dunia Karena Lebarnya Hanya 2,5 Meter)
Untuk menarik kedatangan para investor Barat dan negara-negara Asia, Korut membangun hotel tertinggi di dunia di era Perang Dingin dengan ketinggian mencapai 105 lantai.
Bangunan hotel megah dan mewah berbentuk seperti piramid itu kemudian dinamai Hotel Ryugyong dan berlokasi di pusat kota Pyongyang.
Tim arsitektur dari Korut, Baikdossan Architects & Engineers yang bertanggung jawab atas pembangunan itu perlu waktu bertahun-tahun untuk mewujudkan impian membangun hotel tertinggi di dunia itu. Uni Soviet punya peranan penting dalam pembangunannya.
Tapi ketika Uni Soviet bubar akibat angin demokrasi yang dihembuskan oleh Presiden Rusia saat itu, Mikhail Gorbachev, pendanaan terhadap hotel Ryugyong pun buyar.
Meski begitu, pembangunan hotel tetap diupayakan berjalan, salah satunya dengan mengerahkan arsitektur dari Mesir, Orascom Group, yang sangat memahami bangunan ala piramida.
Namun pembangunan yang berlangsung dari 2008 hingga 2011 itu tidak berhasil secara optimal. Lebih-lebih bangunan Hotel Ryugyong sudah mengalami kecacatan pada struktur dasarnya.
Akhirnya pembangunan Hotel Ryugyong yang telah menelan biaya lebih dari 750 juta dolar itu gagal mewujudkan impian Korut untuk memiliki hotel mewah tertinggi di dunia.
(Baca juga:Mulai dari Pemasok Viagra Palsu Hingga Kanibalisme, Inilah 15 Fakta Aneh tentang Korea Utara)
Tapi Korut tidak kurang akal, bangunan Hotel Ryugyong itu disulap menjadi monumen tertinggi di dunia dan keberadaannya sangat mencolok di tengah kota Pyongyang.
Para turis pun banyak berdatangan untuk melihat monumen yang aslinya merupakan bangunan hotel yang gagal itu.