Hughes menjelaskan tugas penggantung dan asistennya. Semua harus bekerja dengan cekatan dan cepat. Kalau penggantung menepuk pundak asistennya yang bertugas mengikat kaki terpidana mati, sang asisten harus sudah siap menyingkir dari daerah pintu jebakan.
Kalau ia kurang gesit dan jebakan keburu menjeblak, akibatnya bisa runyam.
Hari sudah gelap ketika kami dibubarkan.
Keesokan harinya kami datang lagi ke ruang kelas kami. Kini di situ ada dua buah kotak kayu berwarna hitam. Yang sebuah ukurannya kira-kira 60 x 100 cm. Sebuah lagi lebih kecil.
(Baca juga: Mimpi Buruk Seorang Algojo)
Keduanya dikunci dengan gembok besar. Kotak yang satu berisi rantai baja dan katrol. Kotak yang lain berisi tambang, selubung kepala dari linen, kawat, benang dan sepotong kapur. Masing-masing terdiri atas dua perangkat.
Kata Hughes, peralatan ini biasanya disimpan di Penjara Wandsworth di London. Begitu ada penjara di Inggris yang menerima terpidana mati, kotak-kotak itu dikirim dengan kereta api penumpang biasa, tapi kuncinya dikirim dengan pos tercatat kepada kepala penjara bersangkutan.
Tali gantungan bisa dipakai berulang-ulang. Bahannya rami Italia yang paling bagus. Tiap ujungnya dipasangi logam berlubang. Ke lubang yang satu dimasukkan ujung yang lain supaya membentuk kalung.
Ujung yang tidak berkalung dikaitkan ke rantai yang menggantung di palang.
Bagian tali yang membentuk kalung dilapisi dengan kulit supaya cedera pada bagian luar leher orang yang digantung bisa minimal.
Kalung itu harus berada sebatas kepala, supaya mudah dan cepat dikalungkan.
Saya heran sekali karena tali harus dikaitkan pada rantai segala. Mengapa tidak diikat langsung saja ke palang?
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR