Advertorial
Intisari-Online.com – Bukan tanpa alasan orangtua khawatir anaknya terlalu sering membuka media sosial seperti YouTube.
Mereka tentu tidak ingin anak mereka meniru hal-hal berbahaya yang dilihatnya di YouTube dan membahayakan dirinya serta orang lain.
Namun orangtua Caleb Sharpe ternyata terlambat untuk melarang sang putra.
Sebab, anak laki-laki berusia 15 tahun ini diduga melakukan simulasi penembakan dari video YouTube yang ia tonton.
Dilansir dari dailymail.co.uk, Caleb dilaporkan masuk ke Sekolah Tinggi Freeman di Rockford, Washinton, pada hari Rabu pagi.
Kata polisi, ia membawa senapan dan pistol. Lalu mulai menembak.
Akibatnya, seorang anak laki-laki bernama Sam Strahan tertembak di kepala dan meninggal di tempat saat mencoba menghentikan serangan Caleb.
Tidak hanya Sam, Caleb juga menembak dan melukai tiga gadis saat mereka berlari panik menuruni tangga sambil berteriak.
Sementara siswa lain yang ketakutan terlihat bersembunyi di bawah meja di ruang kelas.
Beruntungnya, seorang staf sekolah dengan berani menangkap Caleb dan polisi pun langsung menangkapnya. Caleb dibawa ke fasilitas penahanan remaja.
Menurut Michael Harper, salah seorang siswa, Caleb memiliki banyak teman dan tidak mendapat intimidasi dari teman-temannya yang lain. Bahkan beberapa memanggilnya anak yang baik dan lucu.
Namun diketahui Caleb adalah penggemar berat acara TV ‘Breaking Bad’, serial televisi bergenre drama-crime Amerika yang diproduksi oleh Vince Gilligan.
Acara televisi ini berkisah seorang guru kimia bernama Walter White yang menderita kanker paru-paru tapi tidak bisa dioperasi. Bersama mantan muridnya, Jesse Pinkman, White beralih kehidupan kriminal.
Selain itu, Caleb juga sering menonton film mdokumenter tentang penembakan di sekolah di YouTube.
Bahkan dia juga mengirim rekaman tentang dirinya yang sedang membawa pistol mainan dan menambahkan efek suara. Sehingga seperti ledakan senjata yang nyata.
Harper hanya tidak menduga Caleb benar-benar akan mempraktekkannya kepada mereka, teman-temannya.
Dengan kasus Caleb ini, orangtua diminta lebih waspada terhadap apa yang anak-anaknya nonton atau lihat di media sosial.