Paria atau pare (Momordica charantia)
Belum ada penelitian di Indonesia. Namun, di Puerto Rico, Kuba dan Santa Domingo, paria telah digunakan secara luas sebagai obat tradisional untuk diabetes.
Dalam ekstrak daun pare mengandung alkohol (95%) ditemukan adanya substansi menyerupai alkaloid.
Adanya pula substansi yang bersifat hipoglikemik, substansi yang terdiri atas kristal-kristal suatu alkaloid, substansi pahit berwarna kuning, dan suat glukosida.
Cara pemakaiannya paria, direbus, lalu airnya diminum 3 kali sehari sesudah makan.
Baca Juga : Kasihan, Karena Kelainan Genetiknya, Bocah 12 Tahun Ini Diperlakukan Seperti 'Paria'
Bungur (Lagerstromia speciosa)
Tanaman berbunga ungu ini dikenal sebagai tanaman peneduh. Efek hipoglikemik bersifat sama dengan yang diakibatkan oleh injeksi insulin. Bagian terbaik untuk obat diabetes adalah daun tua dan buahnya yang sudah masak, karena mengandung “senyawa mirip insulin” terbanyak.
Cobalah resep berikut. Daun bungur tua sebanyak 30 g direbus selama 1 jam hingga airnya tinggal 150 ml. Air rebusan tesebut diminum 3 kali 0,5 – 1 jam sebelum makan.
Duwet (Syzygium cumini)
Baca Juga : Buah Jamblang atau Duwet yang Langka Ternyata Baik untuk Kesehatan Gigi dan Gusi juga Penderita Diabetes
Tanaman yang buahnya menyerupai anggur ini memiliki beberapa varietas. Yang liar disebut duwet kerikil, karena ukurannya sebesar kerikil (diameternya cuma 1,5 cm).
Namun, yang dibudidayakan ada beberapa varietas, yakni duwet biasa (buahnya biru keungu-unguan), duwet ireng (buahnya hitam), duwet daging (buahnya ungu), dan duwet bawang (buahnya putih).
Daun, kulit kayu, bunga, buah, dan bijinya, semuanya bermanfaat. Buah matangnya merupakan astringet (zat yang menciutkan) dan dianggap sebagai obat efektif untuk diabetes.
Sayangnya, buah yang juga disebut jamblang ini berbuahnya musiman.
Dari penelitian, biji duwet mempunyai kekuatan 5,26 – 6,14 unit insulin.
Biji duwet bawang mampu menyembuhkan gejala akibat diabetes macam luka yang sulit sembuh. Itu diduga berkat glukosida phytomelin dalam bijinya, yang mampu mengurangi kerapuhan pembuluh darah kapiler.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Adrie Saputra |
KOMENTAR