Advertorial
Intisari-Online.com – Meski tak bisa lagi dibilang murah, namun olahraga lari memang memiliki keunggulan dibandingkan dengan jenis olahraga lainnya. Simpel tak banyak ribet. Bisa dilakukan sendirian, beramai-ramai lebih gayeng.
Lahan sempit tak masalah bagi olahraga ini. Sedikit kreativitas maka jadilah lintasan lari yang unik. seperti di sebuah blok perkantoran di London ini. Mereka membikin lintasan lari di bagian paling atas dari blok perkantoran mereka.
Lintasan ini ditempatkan di White Collar Factory, di samping 'Silicon Roundabout' Old Street, sehingga karyawan yang senantiasa menjaga kebugaran dapat tetap bugar tanpa harus meninggalkan tempat kerja mereka.
Lintasan dua lajur itu dirancang oleh arsitek Allford Hall Monaghan Morris dan diletakkan di lantai 16 blok perkantoran itu dan ditandai dengan sebuah titik awal dan garis lajur.
Pelari harus mengikuti panah di jalur yang berlawanan arah jarum jam untuk menghindari saling tabrak.
(Baca juga:Benarkah Olahraga Lari Merusak Lutut?)
Gedung ini diyakini sebagai gedung perkantoran pertama di London yang memiliki lintasan lari di atap.
Google saat ini juga sedang merancang lintasan lari sepanjang 200 meter di atap markas pusat mereka King's Cross. Gagasan itu baru saja mendapat persetujuan.
Benjamin Lesser, manajer pengembangan gedung Old Street Derwent London, mengatakan bahwa sejauh yang mereka ketahui, inilah gedung beratap lintasan lari pertama di pusat London.
Untuk melindungi pelari dari angin dan tidak terjerumus ke tepi gedung, maka dibikin pelindung di bagian luar gedung.
"Tapi pelindung itu memiliki jendela sehingga kita bisa melihat pemandangan yang menakjubkan ke segala arah. Ada juga kamar mandi dan toilet di lantai itu dan ada kafe dan teras untuk penghuni bangunan. "
Pelari harus menyelesaikan lebih dari 10 lap untuk menempuh jarak sejauh satu mil, sementara maraton penuh (FM) butuh 281 lap. Sanggup?
Pada saat ini, lintasannya terbuka untuk semua orang yang bekerja di gedung itu tetapi jika lintasan sibuk harus memesan jadwal terlebih dahulu.
Apakah pengelola gedung di Indonesia ada yang tertarik?