Advertorial
Intisari-Online.com – Hari pernikahan pastinya menjadi hari yang paling bahagia dalam hidup seseorang.
Tidak heran selama acara pernikahan berlangsung, kedua mempelai akan selalu tersenyum dan memandang wajah pengantinnya.
Tidak demikian halnya dengan pernikahan Marjona Hudoidodova (22 tahun) dan Saidsho Asrorov (23).
Pernikahan mereka menjadi “pernikahan tahun ini di Tajikistan’.
Pasalnya, pernikahan sepasang pengantin itu adalah karena campur tangan alis dicomblangi oleh pemimpin diktator yang paling berkuasa di Tajikistan, yaitu Presiden Emomali Rahmon (64 tahun).
Dalam acara pernikahan itu, sang pengantin wanita dilarang untuk tersenyum, bahkan tidak boleh memandang wajah pengantin pria.
Pengantin wanita pun jadi terlihat seperti menjalani prosesi pernikahan yang dipaksakan.
Mengapa bisa demikian? Begini ceritanya.
Saidsho Asrorov adalah seorang pendukung berat Emomali Rahmon.
Ia membacakan sebuah puisi untuk Emomali Rahmon saat bertemu idolanya itu.
Ketika sang diktator tahu bahwa Saidsho masih lajang, ia memerintahkan ‘dewan perjodohan’ setempat untuk mencarikan seorang isteri bagi pemuda itu.
Akhirnya Saidsho dijodohkan dengan Marjona Hudoidodova.
Bahkan untuk pernikahannya itu, calon pengantin wanita menjahit sendiri gaun pengantinnya.
Lalu, selama prosesi pernikahan Marjona tidak boleh tersenyum, apalagi melihat wajah pria yang menjadi suaminya itu.
Tidak heran dalam foto-foto pernikahan ini pengantin wanita seperti memalingkan wajahnya.
Namun ternyata, larangan tersebut adalah bagian dari tradisi setempat.
Pengantin wanita tidak boleh tersenyum atau melihat ke pengantin pria.
Hal ini sebagai indikasi bahwa pasangan itu saling mengenal satu sama lain dengan sebuah cara yang lebih intim dari yang diperlukan bagi pasangan yang tidak menikah.
Jika pengantin wanita terlalu gembira, hal itu akan terlihat bahwa ia tidak sedih meninggalkan keluarganya untuk suaminya.
Nah, walaupun pernikahannya diatur, Marjona tidak merasa terpaksa.
Ia mengaku pada media setempat bahwa ia tidak berada dalam tekanan untuk menikah dengan Saidsho.
Ia bahkan merasa senang karena mendapatkan seorang pria yang membolehkannya tetap bekerja setelah menikah.
Pasalnya, dalam kaum Muslim garis keras di Tajikistan, seorang wanita harus berhenti bekerja setelah menikah.
“Dewan perjodohan berkomunikasi dengan orangtuaku. Orangtuaku setuju untuk menikahkan aku dengan Saidsho dengan syarat aku boleh tetap bekerja karena aku ingin tetap bekerja sebagai perawat di rumah sakit,” kata Marjona Hudoidodova.
Dilansir dari situs Daily Mail, pernikahan yang diatur adalah biasa di kalangan Muslim Tajikistan.
Meskipun demikian adalah sebuah hal yang langka bila seorang presiden menjadi makcomblangnya.
Hanya perlu waktu 10 hari sejak instruksi presiden untuk mencarikan calon pengantin bagi Saidsho Asrorov yang merupakan seorang guru sejarah itu.
Dan calon yang terpilih adalah Marjona. Sepertinya sang pria juga menyukai calon pengantinnya itu walaupun belum pernah saling bertemu.
Dewan perjodohan menyetujui gadis itu sebagai ‘seorang terlatih, terpelajar, dan gadis berada dari Desa Gulzor’.
Sementara calon pengantin pria dari keluarga miskin dan tidak mampu membayar ‘harga pengantin’ yang menjadi kebiasaan di Tajikistan.
Begitu penjelasan dari Dilafruz Mahmadalieva, deputi urusan wanita dari Departemen Ideologi di Distrik Bohtar.
Nah, karena ada intervensi dari presiden, negara membayarkan biaya sebesar 1.400 poundsterling atau sekitar Rp25 juta.
Sementara sang calon pengantin menjahit sendiri gaun pengantinnya.