Ada pula yang mengimbuhi dengan kata-kata: meningkatkan konsentrasi, meredam alergi, menyembuhkan asma, bronkhitis, dan migrain.
Baca Juga : (Foto) Memerah! Akibat Debu dari Gurun Sahara Pulau Kreta di Yunani Ini Terlihat Bagaikan Planet Mars
Pembangkitan ion negatif bukanlah hal baru. Pada tahun 1920 - 1930, para ilmuwan Jerman, Rusia, juga Jepang melakukan penelitian, hingga sampai pada kesimpulan bahwa ion negatif berpengaruh pada jasad hidup.
Karena itulah, pada masa PD II, tentara Jerman menerapkan teknologi pembangkitan ion negatif pada kapal selam (U boat) agar para awaknya tetap siaga.
Dua peneliti, dr. Felix Sulman dari Universitas Yerusalem, Israel, dan Prof. Albert Krueger dari Universitas Kalifornia, merupakan peneliti ion negatif yang kemudian dijadikan acuan bagi alat pembangkit ion.
Beringas karena angin sihir
Baca Juga : Erupsi Gunung Agung: Apakah Debu Letusan Gunung Berapi Berbahaya Bagi Pesawat Terbang?
Peneliti lain yang tersohor dengan temuannya adalah dr. Sulman. Ilmuwan ini meneliti angin Sharav, yakni angin panas di Timur Tengah yang berpengaruh pada manusia. Karena pengaruhnya buruk, maka Sharav sering diartikan angin jahat atau angin sihir.
Angin yang mirip jenisnya juga terdapat di belahan dunia lain, misalnya Santa Anna di Kalifomia, Chinook di Kanada, Foehn di Jerman dan Austria. Di beberapa wilayah Australia angin yang jenisnya hampir sama juga sering bertiup.
Berdasarkan pengamatan, jika angin bertiup, wilayah yang terkena terpaannya mengalami peningkatan angka keberingasan, pembunuhan, bunuh diri, dan kecelakaan lalu lintas. Banyak orang menderita radang sendi, depresi, ketegangan mental, dan penderita asma pun kambuh.
Hasil penelitian Sulman membuktikan, di dalam angin sihir terkandung ion positif dalam jumlah yang sangat banyak. Bagi manusia, jumlah ion positif yang banyak akan meningkatkan produksi serotonin, sejenis hormon saraf yang bersifat depresan, dekat hubungannya dengan keadaan tidur, suasana hati (mood), serta transmisi impuls saraf.
Baca Juga : Ingat! Jangan Membungkuk Waktu Menyetrika, Tetap Tegak Saat Menyedot Debu
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR