Intisari-Online.com - Seorang pendonor sperma diyakini telah menjadi “ayah” dari 102 bocah setelah mengabaikan aturan untuk menyumbangkan sperma ke 11 klinik terpisah.
Dilaporkan Metro.co.uk, beberapa ibu tunggal memperingatkan pihak berwenang atas tindakan seorang pendonor sperma yang melanggar peraturan di beberapa klinik kesuburan.
Aturan itu, siapa pun yang menyumbangkan sperma harus menandatangai kontrak untuk tidak menyumbangkan ke klinik yang berbeda—meskipun tidak ada paksaan ketat.
(Baca juga: Ibu Kulit Putih Tuntut Bank Sperma yang Salah Berikan Donor Sperma Negro)
Kini pihak berwenang itu telah menemukan orangnya. Namanya tidak bisa disebut karena undang-undang privasi.
"Ayah" dari 102 bocah itu telah terlacak dan bilang kepada sebuah harian Belanda bahwa motifnya “tidak untuk memiliki anak sebanyak mungkin.”
“Saya hanya ingin melakukannya dan membuat orang-orang bahagia. Itu membuat saya merasa bermanfaat. Ucapan terima kasih dari para dokter dan calon orangtua sangat berarti,” ujarnya.
“Klinik senang jika punya pendonor (sperma) yang lolos skrining,” tambahnya sembari menyebut bahwa spermanya sering langsung dimanfaatkan orang lain.
Hasil investigas segera dikeluarkan setelah petugas berwenang melakukan analisis terhadap Artificial Insemination Data Foundation yang mengawasi data donor sperma.
Di sisi lain, Kementerian Kesehatan Masyarakat Belanda telah memperingatkan beberapa klinik kesuburan untuk memperketat pengawasannya.
Seorang laki-laki lain juga berhasil ditangkap karena telah menyumbangkan spermanya ke beberapa klinik, namun ia hanya “punya” dua anak.
(Baca juga: Ayah dari si Anak Sukses Membutuhkan Transplantasi Ginjal)
Secara hukum, seorang pendonor sperma di Belanda hanya diizinkan menghasilkan 25 anak.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR