Advertorial
Intisari-Online.com – Kabar ini bisa jadi mengejutkan. Tapi bisa juga menghibur.
Terserah dari mana sudut pandang Anda.
Sebelumnya, mari kita lihat perilaku kita di dunia media sosial. Pernahkah Anda melakukan hal seperti ini: membagikan sebuah tautan ke media sosial yang menurut Anda menarik tanpa membacanya dengan tuntas?
Seperti yang dialami oleh tim IFLS, mereka memperhatikan sejak lama bahwa banyak pembaca situs IFLS dengan senang hati menyukai (Like), membagi (Share), dan berkomentar terhadap artikel itu tanpa pernah membaca artikel dengan tuntas.
Ternyata, tim IFLS bukanlah satu-satunya pihak yang memperhatikan soal itu.
(Baca juga:Demi Rasa Hormat Di Dunia Digital, Kita Tega Menyebarkan Hoax)
#MariBaca April 2017 lalu, National Public Radio (NPR) berbagi artikel di halaman Facebook mereka yang menanyakan, “Mengapa rakyat Amerika tidak lagi membaca?”
Guyon tentu saja. Karena artikel itu muncul pada 1 April 2017, kita bisa menebaknya sebagai lelucon bulan April atau April Mop. Tak ada artikel soal itu. Mereka ingin melihat apakah pembaca mereka mempertimbangkan untuk berkomentar tanpa mengklik tautan itu, dan mereka tidak kecewa.
Tim IFSL pun berharap memiliki kesempatan serupa untuk mencoba dengan cara mereka sendiri. Majalah Yackler telah “bersenang-senang” dengan artikel serupa dan berhasil menipu sekelompok orang.
Sekelompok ilmuwan komputer di Universitas Columbia dan Institut Nasional Prancis menelaah kumpulan data lebih dari 2,8 juta artikel berita daring yang dibagikan melalui Twitter.
Penelitian tersebut menemukan bahwa hingga 59 persen tautan yang dibagikan di Twitter tidak pernah benar-benar diklik oleh pengikut orang tersebut. Ini menunjukkan bahwa pengguna media sosial lebih menyukai berbagi konten daripada mengeklik tautan dan membacanya.
"Orang lebih suka untuk berbagi artikel daripada membacanya," kata Arnaud Legout, rekan penulis penelitian tersebut, dalam sebuah pernyataan, seperti dilaporkan Washington Post.
(Baca juga:Mengapa Orang Berani Berkomentar Kasar di Internet?)
"Ini khas konsumsi informasi modern. Orang membentuk opini berdasarkan ringkasan, atau ringkasannya ringkasan, tanpa berusaha menggalinya lebih dalam. "
Penelitian melihat ke dalam psikologi di balik apa yang membuat orang ingin berbagi konten. Penelitian yang dilakukan oleh The New York Times Customer Insight Groupmencari motivasi orang untuk berbagi informasi.
Hampir separo responden yang ditanya dalam survei tersebut mengatakan bahwa mereka berbagi informasi di media sosial untuk memberitahukan orang akan sebuah informasi dan untuk "memperkaya" orang-orang di sekitar mereka.
Sebaliknya, mereka menemukan 68 persen berbagi informasi untuk memperkuat dan mengarahkan citra tertentu dari dirinya sendiri. Dalam arti tertentu, untuk “menjelaskan siapa dirinya”. #MariBaca
Dalam kata-kata salah satu responden penelitian ini, "Saya mencoba untuk membagikan informasi hanya yang akan memperkuat citra yang ingin saya sampaikan: bijaksana, beralasan, baik hati, tertarik dan bergairah tentang hal-hal tertentu."
Ini juga menimbulkan pertanyaan apakah media online hanyalah "ruang gema" yang besar, tempat kita semua menyukai tulisan dan sudut pandang yang memperkuat keyakinan kita sendiri dan tidak tertarik dengan informasi demi informasi.
Bahkan algoritme situs media sosial berarti bahwa situs individu atau laman yang cenderung Anda klik, sukai, atau bagikan – merupakan artikel atau sudut pandang yang yang Anda setujui - akan lebih sering muncul di News Feed Anda.
Sebagai pengguna media daring, Anda mungkin cukup menyadarinya.
(Baca juga:Artikel Berjudul Dalam Sesuap Daging Ikan Lele, Terkandung 3.000 Sel Kanker Bikin Pembudidaya Lele Mengeluh)
Lihat komentar di halaman media sosial, termasuk di halaman IFLScience Facebook. Hal ini terutama terlihat pada subjek bahasan yang mengaduk-aduk emosi dan kontroversial; pikirkan soal perubahan iklim, transgenik, vaksinasi, alien, dan banyak artikel tentang ganja, yang mana komentar teratas sering diulang atau mempersoalkan sesuatu yang cukup eksplisit dalam artikel tersebut, namun bukan tajuk utama.
Baru minggu ini, artikel tentang kera capuchins memasuki zaman batu dikomentari banyak orang saat diunggah di Facebook yang menunjukkan bahwa para monyet itu telah melakukan hal itu selama ratusan tahun, meskipun itu menjadi hal pertama yang dikatakan artikel tersebut jika Anda membacanya.
Meskipun dari analisis tim IFLS, tidak mungkin untuk mengetahui pengguna mana yang tidak mengeklik artikel tersebut namun membagikannya, jarang ada perbedaan antara berbagi dan tampilan halaman yang sedikit tidak baik, terutama pada subjek rumor tersebut.
Jadi, jika Anda adalah salah satu dari sedikit orang beruntung yang berhasil mengklik dan membaca artikel ini, tim IFSL mengucapkan selamat kepada Anda! Meskipun mereka minta maaf atas judul yang menyesatkan tersebut.
Sementara itu, marilah bersenang-senang dengan berbagi artikel dan melihat siapa yang berhasil memimpin diskusi tentang genetika ganja, tanpa pernah membacanya.