Advertorial
Intisari-Online.com – Salah satu kapal berhantu paling terkenal di abad ke-19 adalah kapal Inggris Great Eastern yang dibangun seorang insinyur Inggris terkenal bernama Isambard Kingdom Brunei pada awal tahun 1854.
Ini salah satu dari berbagai kegagalannya.
Pada masa itu, Great Eastern merupakan kapal bermuatan penumpang terbanyak dan paling sial di dunia.
Kapal itu direncanakan menjadi keajaiban di samudera luas, sebuah istana terapung yang membawa 4000 penumpang dalam kemewahan berkeliling dunia.
Keenam tiang bendera dan kelima cerobong asapnya melebihi kapal lainnya.
Jargon angkatan laut tidak memiliki cukup nama untuk begitu banyak tiang bendera jadi mereka disebut sebagai Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, dan Sabtu.
Lambung kapal raksasa sepanjang 692 kaki melebihi garis tengah Kapal Nuh.
Sesungguhnya kapal Great Eastern memiliki dua lambung kapal, yang satu berada di dalam yang lain dengan jarak 2,5 meter.
Di dalam lambung, terdapat pengaturan sekat kapal secara memanjang dan melintang hingga membentuk 16 ruangan kedap air.
Desain itu dibuat agar kapal tidak bisa tenggelam. Benar, meski ditimpa berbagai malapetaka, kapal itu tidak pernah karam.
(Baca juga: Roh Ahli Tenung Itu Menghantui Terry Palmer ke Mana Pun Ia Pergi)
Untuk memaku tiga juta batang paku setebal masing-masing 2.5 cm, yang seluruhnya dikerjakan dengan tangan, dibutuhkan 200 pak paku dan 1000 hari kerja.
Kecelakaan fatal selama pembangunan berlangsung kurang dari rata-rata - empat pekerja dan seorang penonton.
Namun seorang tukang dan pembantunya menghilang. Muncul rumor, mereka telah terkunci di dalam ruang kedap udara di lambung kapal itu.
Teriakan minta tolong mereka tak terdengar akibat ketukan palu.
Penyandang dana semula kehabisan uang ketika harga pelat besi naik dan pekerjaan terhenti sampai Brunei berhasil mengumpulkan lebih banyak uang.
(Baca juga: Kisah Rahasia Hantu-hantu di Istana Inggris yang Dibawa Hingga ke Liang Kubur)
Peluncuran lambung kapal dengan bobot terberat dalam sejarah menuju sungai Thames harus dilaksanakan dari samping.
Diperlukan hampir tiga bulan untuk menggerakkan kapal itu sejauh 330 kaki turun ke dalam air. Rantai kapal berderit, barang-barang tenggelam, sejumlah mesin hidraulik meledak di bawah tegangan tinggi.
Dari hari ke hari Brunei bekerja menyelesaikan kapal raksasa itu yang semakin mendekati peluncurannya di air.
Wartawan majalah Times di London menulis, "Kapal itu tergeletak di pinggir sungai yang akan membawanya menuju samudera, namun dia tidak mau membasahi bibirnya."
Ketika peluncuran itu akhirnya dilakukan pada hari terakhir bulan Januari 1858, biaya yang ditelan mencapai 1000 poundsterling setiap meternya.
Pengeluaran total telah mencapai angka lebih dari 1 juta poundsterling.
Ongkos menyelesaikan kapal itu membuat bangkrut perusahaan berikutnya, namun sekali lagi Brunei berhasil mengumpulkan cukup uang untuk melanjutkannya.
Dewan pimpinan telah mengesampingkan rencana awal untuk membawa kapal Great Eastern dalam perjalanan panjang menuju India dan Australia, yang memang telah dipersiapkan.
Alih-alih, mereka mencari keuntungan cepat dari perjalanan ke Atlantik Utara.
Hanya kabin kelas utama yang telah selesai untuk perjalanan perdana tersebut, akomodasi di kelas kedua dan ketiga masih memerlukan waktu sembilan tahun lagi.
Sehari sebelum kapal raksasa itu berlayar, Brunei melakukan sidak. Insinyur kondang itu kelihatan sudah tua pada usianya yang baru 53 tahun.
Setelah bergaya bersama rekan-rekannya untuk dipotret, tiba-tiba dia terhuyung dan terjatuh akibat serangan stroke.
Brunei meninggal seminggu kemudian dan berita yang disiarkan adalah salah satu cerobong Great Eastern telah meledak ketika kapal itu memasuki selat, karena katub uapnya dibiarkan tertutup.
Lima awak ikut menyongsong ajalnya dan seorang lain tewas karena terjatuh ke dalam salah satu roda pengayuh raksasanya.
Ruang utama dengan dinding bercermin dan dekorasi yang indah itupun rusak.
Meluncur sendiri
Reparasi ternyata membutuhkan waktu yang lebih lama dari diharapkan dan perjalanan yang direncanakan ke Amerika Serikat pun dibatalkan.
Agar mendapatkan investasinya kembali, para pimpinannya memindahkan kapal yang saat itu sudah dikenal luas ke Holyhead, Wales, dan terbuka bagi pengunjung.
Tidak lama kemudian, tiba-tiba terdengar bunyi keras akibat kapal terlepas dari tambatannya lalu meluncur ke laut bebas.
Selama 18 jam kapal itu menghantam ombak sementara banyak kapal di dekatnya akhirnya karam, yang menunjukkan betapa hebatnya kapal itu dirancang.
Namun, ruang utama yang baru saja direnovasi kembali hancur.
Tiga bulan kemudian sang kapten dan seorang anak berusia sembilan tahun putra dari kepala keuangan kapal tenggelam karena terkejut mendengar teriakan keras.
Tak ada yang lebih menentukan karakter sebuah kapal daripada kematian sang kapten selama atau sebelum pelayaran perdananya.
Ketika berita itu mencapai London, pemimpin perusahaan pengelola kapal Great Eastern itupun kemudian mengundurkan diri.
Dewan pimpinan berikutnya menetapkan tanggal berlayar pada tanggal 9 Juni 1860, namun saat itu tiba dan berlalu begitu saja.
Sebagian besar dari 300 penumpang yang membayar tiket sudah lelah menunggu dan kemudian berlayar dengan salah satu kapal lain milik Sir Samuel Cunard yang lebih bisa diandalkan.
Ketika Great Eastern akhirnya meninggalkan Southampton pada tanggal 16 Juni hanya 35 penumpang berada di kapal itu.
Kapten yang baru itu memimpin awak kapal yang berjumlah 418 orang dan belum pernah menyeberangi samudera Atlantik.
Selama perjalanan 12 hari itu bahan bakar murah yang dipakai sebagai penghematan telah merusak lapisan cerobong dan membuat ruang makan utama begitu panas sehingga para penumpang menolak duduk di sana.
Selain itu, tidak ada yang istimewa dalam perjalanan itu. Akhirnya kapal besar itu pun tiba dan memperoleh sambutan hangat di New York.
Namun, para penonton bersungut-sungut karena harus membayar beaya tambahan sebesar 1 dolar AS untuk mengunjungi kapal itu.
Mereka berusaha mendapatkan yang terbaik dari kunjungan itu dengan membawa pulang berbagai suvenir.
Kelak, dua hari perjalanan yang diadakan itu berubah menjadi mimpi buruk. Dua ribu orang harus tidur di atas persediaan tempat tidur yang hanya berjumlah 300 buah.
Sebuah pipa meledak di gudang penyimpanan dan membanjiri pasokan makanan, sehingga tidak ada makanan tersisa selain beberapa ayam yang telah diawetkan, daging asap, dan roti biskuit yang sudah mengeras.
Para penumpang telah dipungut biaya yang amat mahal, tapi sebagian besar terpaksa menghabiskan malam itu di bawah udara terbuka dan mengalami hal yang tidak nyaman akibat tiupan sisa bara api dari kelima cerobong asap kapal itu.
Di pagi hari tidak ada air untuk membersihkan diri.
Para penumpang setidaknya berharap akan cepat berlabuh namun karena beberapa kesalahan navigasi kapal Great Eastern telah salah arah sepanjang malam itu dan berada sejauh 100 mil di samudera.
Tidak ada makanan tersisa untuk sarapan pagi atau makan siang. Ketika akhirnya mendarat, mereka begitu lapar, jengkel dan lelah sehingga para penumpang itu saling berkelahi untuk cepat keluar dari kapal.
Perjalanan kedua pun diumumkan, namun tentu saja hanya sedikit karcis terjual. New York pun merasa kecewa dengan kapal raksasa itu.
Diam-diam akhirnya kapal itu berangkat menuju Inggris dengan hanya membawa 90 penumpang. Namun perjalanan pulang kapal itu tidak berlangsung mulus.
Di tengah samudera Atlantik sebuah sekrup merenggang dan di Milfrod Haven kapal itu menabrak lambung sebuah kapal kecil hingga menenggelamkan kedua penumpangnya.
Kemudian kapal besar itu menabrak kapal Blenheim.
Tak pernah dipuji
Kapten berikutnya yang ketiga tidak pernah berlayar karena segera mengundurkan diri setelah pimpinan memecat hampir sepertiga awak kapal.
Di bawah pimpinan kapten keempat, kapal itu hanya berlayar dengan 100 penumpang, meski terdapat lebih dari 300 imigran yang mau ikut dalam perjalanan itu.
Faktanya, Great Eastern tidak pernah membawa para imigran menyeberangi samudera Atlantik, meski dalam hal itu kapal Great Eastern mampu mengalahkan seluruh pesaing dan memperoleh keuntungan besar.
Pemiliknya hanya berkonsentrasi pada penumpang kelas satu selama sembilan tahun sebelum akomodasi kelas dua dan kelas tiga dikerjakan.
Sayangnya, kapal itu tidak pernah mendapatkan pujian dari para penumpang kelas utama itu.
Keuntungan juga berkurang karena kapal itu tidak diperlengkapi dengan pemanas untuk menyeberangi samudera Atlantik dalam musim dingin.
Pada bulan September 1861, kapal Great Eastern terserang angin topan yang kemungkinan besar sudah menenggelamkan kapal lainnya.
Kedua sisinya robek dan seluruh sekoci pengamannya terlepas. Kemudi kapal patah dan kapal pun tidak bisa dikendalikan. Biaya reparasi mencapai 60.000 poundsterling.
Tahun berikutnya di Long Island Sound, kapal itu menabrak sebuah batu karang yang tidak ditandai di peta.
Lambung kapal robek sepanjang 83 kaki dan selebar 9 kaki. Kali ini beaya reparasi mencapai 70.000 poundsterling.
Tahun 1864, kapal sial itu kemudian dilelang dan menghasilkan sebesar 25.000 poundsterling untuk memulai karier barunya sebagai kapal pemasang kabel laut.
Malapetaka masih tetap menghantui.
Ketika kapal berlayar sejauh 1186 mil dari Irlandia menuju ke Newfoundland, sebuah kecelakaan menyebabkan kabel itu tergelincir dan ujungnya terbenam tiga mil di dasar samudera.
Seluruh upaya pengangkatan gagal dilakukan, sehingga kapal kembali berlayar ke Inggris.
Upaya lain di tahun 1866 cukup berhasil dan pada 27 Juli pesan awal berhasil melalui kabel bawah lautantara benua Eropa dan Amerika Utara.
Sebagai kapal pemasang kabel laut, Great Eastern akhirnya berhasil menegakkan jatidirinya.
Di tahun 1869 kapal itu berlayar ke India, saat satu-satunya kapal itu melalui dan memasang kabel di antara Bombai (Mumbai) dan Aden.
Di tahun 1874 peluncuran dari kapal kabel pertama yang dirancang sesuai permintaan mengakhiri keuntungan yang berhasil dipetik kapal Great Eastern.
Hampir lima belas tahun setelah diluncurkan, kapal raksasa itu digiring kembali ke Milford Haven dan dibiarkan berkarat serta memblokir dermaga kapal selama 12 tahun berikutnya.
Pada tahun 1886 binatang laut kecil yang menempel di lambung kapal sudah mencapai ketebalan 15 cm.
Di tahun ini pemiliknya berhasil menjual kapal satu-satunya seharga 20.000 poundsterling dan setelah itu dibawa menelusuri tepi pantai Wales hingga ke Liverpool.
Di sana kapal Great Eastern menabrak kapal penderek Wrestler, kapal terakhir yang ditabraknya.
Akhirnya berbagai julukan seperti "Keajaiban Laut" dan "Istana Terapung" itu dicat dengan berbagai slogan yang mengiklankan sebuah toko di Liverpool.
Kelak kapal itu dibawa ke Dublin untuk mengiklankan sejenis teh. Akhirnya, sebuah perusahaan logam membeli kapal yang sudah menurun pamornya itu.
Itu adalah kali yang terakhir kapal itu dijual.
Menghancurkan kapal Great Eastern hampir sama sulitnya seperti membangunnya.
Bahkan bola besi penghancur yang digantungkan pada sebuah rantai raksasa harus dirancang untuk tujuan itu pada tahun 1889.
Di dalam lambung ganda kapal itu, para pakar penghancur menemukan adanya dua kerangka, milik tukang pengeling dan anak buahnya, yang telah menghilang ketika kapal itu sedang dibuat.
Sedikit orang meragukan bahwa akhirnya mereka telah berhasil menemukan penyebab kapal berhantu tersebut.
(Seperti pernah dimuat di Buku Ratapan Arwah; Kisah Nyata Kutukan & Tulah – Intisari)