Intisari-Online.com - Bali merupakan taman bermain bagi masyarakat Australia. Setiap tahun lebih dari 1 juta turis Australia datang ke Bali.
Namun, di balik gurihnya devisa itu, tersimpan cerita yang perih.
(Baca juga:Cerita Marc Ching Menyelamatkan Seribuan Anjing dari Festival Makan Daging Anjing di China)
Ya, demi memanjakan lidah turis, sekitar 70.000 anjing di Bali dibantai dengan brutal. Hewan-hewan itu ditangkap dengan kejam dan kemudian disembelih tidak jauh dari pantai tempat turis-turis menikmati keindahan pantai Bali.
Banyak cara dipakai untuk menangkap anjing itu. Salah satunya dengan racun. Ini menjadi problem tersendiri.
“Mengonsumsi daging yang terkontaminasi racun bertentangan dengan hukum,” kata direktur kampanye Animals Australia, Lyn White.
Di Bali kebanyakan anjing diolah menjadi sate. Menu ini mudah dijumpai di banyak tempat, mulai dari warung pinggir jalan hingga restoran. Sate RW begitu ia populer disebut.
Demi menjajakan dagangannya itu, penjual kadang membohongi pembeli.
Seperti yang diungkapkan oleh ABC, ketika beberapa turis menanyakan apakah sate yang dijual seorang pedagang itu sate anjing, ia mengatakan bahwa satenya adalah sate ayam.
“Saya suka sate, selama itu bukan anjing,” kata turis itu yang kemudian memakan sate yang tak dinyananya itu adalah sate anjing.
"Wisatawan yang berjalan menyusuri jalan akan melihat warung jalanan yang menjual sate tapi yang tidak mereka sadari adalah huruf RW di toko berarti itu adalah daging anjing yang disajikan," kata White.
"Mereka hanya duduk memesan sate dan tidak tahu bahwa yang pesan dan kemudian mereka makan adalah anjing."
Selama empat bulan, Animals Australia (AA) menugaskan seseorang untuk menyelidiki dengan diam-diam perdagangan anjing di Bali.Penyelidik itu dikenal dengan nama samarannya, Luke.
"Saya memulai penyelidikan dengan mencoba mengenal pemain kunci di industri daging anjing Bali yang benar-benar tanpa ada aturan itu," katanya.
Akhirnya, Luke pun bisa masuk ke jaringan industri itu. Ia diundang bergabung dengan mereka ketika mereka mencuri, memburu, meracuni, dan membunuh anjing.
Ia berpura-pura menjadi seorang pembuat film dokumenter yang tertarik dengan masakan lokal.
Hal itulah yang mengantarnya ke Puris, seorang pemilik restoran, yang mengajaknya menangkap anjing di Kintamani di utara Bali.
"Penangkapan anjing sangat agresif. Anjing-anjing itu menjerit dan menggeliat saat jerat itu mencekik mereka. Beberapa ekor anjing mencoba menggigit ikatan itu untuk membebaskan diri. Tapi karena mulut mereka diberangus, usaha anjing-anjing itu sia-sia," kata Luke.
Penduduk desa menerima Rp100.000 untuk setiap hewan yang mereka tangkap. Anjing-anjing yang ketakutan itu diangkut dan dibawa para pemburu menggunakan motor.
Meski tidak tega dengan perlakuan terhadap binatang-binatang itu, namun Luke tetap fokus pada pekerjaannya.
Bahkan saat makan malam dan ia menerima telepon yang mengabarkan akan ada penyembelihan anjing, ia pun segera menuju lokasi.
Di balik pepohonan, di sebuah pondok kecil beratap seng tertambat seekor sapi.Di seberangnya adalah kandang bambu yang menampung tujuh ekor anjing, diberangus, dan kakinya diikat dengan tali plastik.
(Baca juga:3 Pemain, 3 Agama, 3 Cara Bersyukur, Para Pemain Bali United Ini Bikin Merinding)
Di dalam kandang itu gelap.Anjing-anjing itu terbaring bersama dengan air seni dan kotoran mereka. Mereka merintih dan kesulitan untuk bernapas karena ikatan tali pada mulutnya.
Kaki seekor anjing menggantung dari atap seng.Adegan penyembelihan segera dimulai. Puris duduk di luar kandang.
Tak lama kemudian, ia akan memukuli mereka sampai mati dengan balok besi.Sebuah pembunuhan yang tak ada dasar ilmiahnya sama sekali. Dan mengerikan untuk dilihat.
Luke tidak merekam adegan itu. Ia hanya menyaksikan dengan seksama.
Melalui seorang penerjemah, Luke memperoleh beberapa keterangan. Umur Puris sudah 83 tahun. Meski menjual daging anjing, namun ia tidak makan anjing.
"Itu akan membuatnya ingin muntah," kata penerjemah.
Lebih dari tiga dekade dia menjadi penjagal anjing. Tentu sudah ribuan anjing meregang nyawa di tangannya.
"Dua belas ekor seminggu," kata penerjemah itu.
Ketika ditanya mengapa memilih pekerjaan itu, Puris menjawab bahwa tak ada pekerjaan yang bisa ia lakukan. Ia sudah merasa tua.
Selain menangkap anjing dengan menjeratnya, pemburu juga menangkap anjing dengan meracunnya. Dan ini perlu dicermati sebab racun yang dipakai adalah sianida.
Luke sempat merekam bagaimana proses menangkap anjing dengan racun itu. Sebagai umpan adalah kepala ikan yang tentu sudah dilumuri racun.
Tak lama setelah makan kepala ikan, anak anjing itu mati.
Luke tidak tega dengan apa yang dilihatnya sehingga ia pun mematikan alat perekamnya.
Ia duduk membelai anak anjing itu saat mati dan tanpa sadar meminta maaf kepadanya atas kekejaman yang dilakukan sesamanya, manusia.
Namun bukan itu persoalannya. Kekhawatiran akan racun yang sudah memnunuh anak anjing itu terhadap risiko kesehatan manusia
"Daging beracun itu akan masuk dalam rantai makanan manusia," kata Lyn Lyn dari AA.
Dokter Andrew Dawson, direktur Pusat Informasi Racun New South Wales dan kepala toksikologi di Royal Prince Alfred Hospital, mengatakan bahwa ada risiko kesehatan.
"Karena Anda akan terkena racun yang sangat mematikan," kata Dr Dawson.
"Pertama, sianida tidak akan hancur dengan dimasak. Jadi masih akan ada sianida di seluruh tubuh anjing.
"Resiko sebenarnya tergantung berapa banyak racun yang ada pada daging anjing."
Ahli toksikologi mengatakan bahwa konsentrasi sianida dalam daging anjing yang biasa disate dapat menyebabkan gejala ringan seperti "merasa mual, diare, sakit pada otot dan sesak napas".
(Baca juga:Belajar Industri Pariwisata dari Negara dengan Industri Pariwisata Terkuat di Dunia)
Namun, jika kita memakannya dalam frekuensi yang tinggi, efeknya bisa memberi kerusakan organ dan kerusakan pada saraf.
Dan, Dr Dawson mengatakan, pada akhirnya bisa menimbulkan kematian.
"Jika Anda makan, misalnya, kari dan di dalamnya termasuk jeroannya, maka konsentrasi sianida sangat tinggi dan bisa berakibat fatal."
Perlu pula diingat bahwa anjing bisa terkena rabies.
Rabies dapat menyebar ke manusia melalui air liur anjing. Sejak tahun 2015 telah terjadi 20 kematian manusia yang diketahui di Bali dari rabies.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, ada puluhan ribu kematian rabies setiap tahun, terutama di Asia dan Afrika.
Jadi, masih tega mengonsumsi sate anjing saat berlibur ke Bali?