(Baca juga: Anak Oki Setiana Dewi Terkena Campak: Jangan Salah! Anak Campak Boleh Mandi)
Menurut data Pusat Pencegahan dan Pengontrolan Penyakit (CDC), AS, vaksinasi terhadap bayi ternyata berhasil menyelamatkan 33 ribu bayi, mencegah 14.000.000 infeksi, dan menyelamatkan AS$10 miliar (sekitar Rp130 triliun).
Menelisik lebih jauh lagi, di AS sebelum adanya vaksin campak terjadi kematian anak sejumlah 450. Ketika imunisasi diberlakukan, data pada 2004 menunjukkan penurunan kasus kematian anak menjadi 181.
Begitu juga untuk kasus hepatitis B. Sebelum adanya vaksin ada 450 ribu kasus per tahun, setelah munculnya vaksin, menurut data 2001 kasus hepatitis B turun menjadi 80 ribu.
Sementara untuk polio: sebelum vaksin ada 350 ribu kasus (data 1988), setelah vaksin turun drastis menjadi hanya 1.604 kasus per tahun (data 2009).
Kasus menolak imunisasi tidak saja terjadi di Indonesia. Jepang pernah mengalami hal itu. Pada tahun 1974, imunisasi untuk mencegak batuk pertusis (batuk 100 hari) mencapai angka 80 persen. Dua tahun kemudian angka itu tinggal 10 persen saja.
Hasilnya? Ada 13 ribu kasus batuk pertusis menyerang anak-anak dengan korban meninggal sejumlah 41.
Hal yang sama terjadi di California, AS. Pada tahun 2010 kasus batuk pertusis ini melonjak di angka 900-1.500 kasus dengan jumlah korban 5 bayi meninggal. Penyebabnya adalah penolakan vaksin.
Penulis | : | Agus Surono |
Editor | : | Agus Surono |
KOMENTAR