Tahun 1958, dia membentuk sebuah band, Hektics, dengan beberapa murid St. Petrus lainnya.
Dalam buku Freddie Mercury: The Definitive Biography, seorang siswa di sekolah khusus perempuan, Gita Choksi, mengatakan bahwa Freddie tidak lagi seorang bocah yang pemalu ketika berada di atas panggung.
Beberapa murid di St. Petrus percaya bahwa Freddie menyukai Gita, namun yang lain mengira bahwa Freddie adalah gay, meskipun ada sedikit bukti bahwa dia aktif secara seksual.
Pada tahun 1964, meletuslah revolusi dan pembantaian yang membuat keluarga Bulsara melarikan diri ke Feltham, Middlesex, Inggris.
Cuaca buruk dan pendapatannya yang tidak begitu bagus membuat Freddie mulai berubah dengan cara yang tidak disukai keluarganya.
Freddie mengatakan pada wawancara Rolling Stone tahun 1981, "Saya cukup memberontak, dan orangtua saya membencinya."
Dia tumbuh di rumah sejak usia dini, namun dia ingin yang terbaik dan ingin menjadi bos bagi dirinya sendiri.
Pada awal-awal tahun Queen, mereka menghabiskan satu atau dua tahun untuk memetakan strategi sukses mereka sebelum musik mereka diperdengarkan.
Baca Juga : Kenali Gejala Asam Urat Berikut Cara Mengobatinya, Simpel Kok!
Pada Juli 1973, Queen merilis debutnya dan Mercury tidak sabar untuk menyalurkan fantasinya.
Dia ingin pertunjukan Queen di panggung mengesankan, dengan melodi yang kuat, cara berpakaian, gaya seorang vokalis utama yang memimpin panggung semuanya sama pentingnya.
Dengan gaya berpakaian khas Mercury, akhirnya dia bersuka ria dengan tampilan androgininya saat tampil dalam setiap konser.
Di atas panggung, Mercury tetap menjadi titik fokus.
Pers Inggris sangat membenci tingkahnya yang seperti sedang bermain teater, namun justru dengan cara itu Mercury telah membangun ikatan yang aneh dan tidak lazim antara Queen dan penggemarnya, mengajak mereka untuk singalong selama konser.
Sampai lagu Bohemian Rhapsody dirilis dan menduduki tangga lagu teratas di Inggris maupun Amerika.
Ketika banyak orang bertanya mengenai makna lagu itu, Mercury tidak mau mengungkapkannya, namun 'Rhapsody' dikatakan mungkin telah memegang kunci rahasia Mercury.
Mercury terlibat hubungan asmara dengan beberapa wanita, salah satunya hubungannya dengan Mary Austin yang telah dijalinnya selama bertahun-tahun.
"Dia pikir dia menyukai wanita," seorang rekan kuliah bidang seni Mercury. "Butuh waktu cukup lama untuk menyadari dia gay....Saya tidak berpikir dia bisa menghadapi perasaan yang ditimbulkan dalam dirinya."
Saat muncul album Queen tahun 1976, A Day at the Races, Mercury mulai bertingkah aneh dengan keasihnya Austin.
Kemudian Mercury mulai menjelaskan kepada Austin tentang pemahaman barunya dan Austin memahami kondisinya.
Setelah itu, Mercury akan tetap dekat dengan Austin selama sisa hidupnya, terlepas dari banyaknya hubungan berikutnya, Mercury menyebut Austin sebagai istri hukumnya.
Sejak saat itu, kata Austin, Mercury tidak merasa wajib untuk menjelaskan seksualitasnya kepada siapa pun.
Karena kondisinya tersebut, Freddie sempat dihina oleh penggemarnya saat Queen melakukan konser, namun hal itu ditanggapi Freddie dengan santai.
Freddie lalu berkata kepada orang itu, "Katakan lagi (hinaan itu), sayang," dan orang itu tidak tahu harus berbuat apa.
Jika homoseksualitas Mercury pernah menjadi masalah bagi anggota Queen, hal itu tidak pernah nampak di publik.
Baca Juga : Mengunjungi Medan dan Menikmati Danau Toba Tempat Si Raja Batak Bersemayam di Desa Tomok
Source | : | Rolling Stone |
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR