Dianugerahi Bintang Republik
Ada suatu kenangan khusus dari 17 Agustus yang takkan kami lupakan, yaitu pada tahun 1972.
Ayah kami lahir pada tanggal 12 Agustus 1902, berarti pada tahun 1972, beliau berusia 70 tahun.
Karena bilangan itu bersifat khusus, maka sebagian handai tolan dan keluarga merayakannya secara khusus dengan pembentukan sebuah panitia ulang tahun.
Pada tahun itu juga, pemerintah menganugerahkan Bintang Republik (bintang tertinggi) atas jasa Bung Hatta bagi tanah air dan bangsa.
Upacara pemberian bintang itu dilaksanakan di Istana Negara sebagai salah satu acara resmi kenegaraan menjelang peringatan 17 Agustus, tepatnya pada tanggal 15 Agustus 1972.
Kami keluarga terdekat dan sejumlah teman karib beliau turut diundang hadir dalam upacara itu.
Oleh karena itu, bagi kami, bulan Agustus tahun 1972 itu bersifat khusus, dengan satu rangkaian peristiwa: ulang tahun ayah, penganugerahan Bintang Republik dan HUT Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Hal itu terulang lagi pada tahun 1976. Kebetulan pada saat ulang tahunnya yang ke-74, Bung Hatta bersama keluarga dan sejumlah teman dekat berada di Bukittinggi.
Ulang tahun beliau dirayakan di Gedung Tri Arga, dihadiri Gubernur Harun Zain dan pertunjukan kesenian dan diakhiri dengan pemotongan kue ulang tahun.
Kebetulan Gedung Tri Arga mempunyai arti khusus di Bukittinggi, karena dalam masa perjuangan mempertahankan Republik Indonesia, Bung Hatta pernah tinggal di sana sehingga sejak itu gedung tersebut sering diingat orang sebagai tempat tinggal Wakil Presiden Mohammad Hatta, atau dikaitkan dengan nama Bung Hatta.
Lima hari kemudian, peringatan 17 Agustus diadakan di Stadion Padang. Ayah bersama Gubernur Sumbar menyaksikan upacara peringatan itu dari tribune kehormatan.
Seperti juga pada tahun 1972, bagi kami, suasana ulang tahun kemerdekaan Indonesia saling terjalin sebagai suatu rangkaian peristiwa.
Ber-17 Agustusan di Tanah Kusir
Masih ada beberapa peristiwa khusus yang mengkaitkan hari lahir Bung Hatta dengan peringatan 17 Agustus.
Pada tanggal 12 Agustus 1981, pemerintah RI diwakili oleh Menteri Sekretaris Kabinet (sekarang Mensekneg) Moerdiono, meletakkan batu pertama pembangunan makam Bung Hatta di Tanah Kusir.
Setahun kemudian makam tersebut selesai dibangun, dan tepat pada tanggal 12 Agustus 1982, diresmikah oleh Presiden Soeharto dalam salah satu upacara yang merupakan rangkaian acara memperingati 17 Agustus 1982.
Itulah sebabnya, maka bagi kami sebagai anak-anak dan juga bagi ibu, kaitan antara tanggal ulang tahun ayah dan hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia makin kuat tertanam dalam lubuk hati.
Kini, ayah kami telah beristirahat dengan tenang di Tanah Kusir, ditemani Hanum yang menyusul datuknya tiga tahun kemudian dan Ny. Wangsa Widjaja sejak setahun yang lalu.
Sejak wafatnya Bung Hatta, keluarga berusaha untuk sedapatnya tiap minggu datang ke makam beliau.
Hanya melalui ziarah saya memperkenalkan anak saya, Tan Sri Zulfikar, kepada datuknya dan kakaknya, Hanum.
la belum lahir ketika datuknya meninggal. Meskipun demikian, di luar hari-hari ziarah biasa itu, ada hari-hari khusus, di antaranya pada tanggal 12 Agustus, hari ulang tahun beliau, di mana kami datang ke Tanah Kusir untuk mohon kepada Allah s.w.t. agar ayah kami berbahagia di sisi-Nya.
Selanjutnya, lima hari kemudian, sepulang dari peringatan, 17 Agustus di Istana Merdeka, kami langsung menuju ke Tanah Kusir untuk menabur bunga yang khusus berwarna merah dan putih saja.
Di hari itu, selain berziarah kami juga mengenang jasa beliau yang besar bagi kepentingan tanah air dan bangsa.
Bagi kami, ulang tahun ayah dan hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia setiap tahun sama berkesannya seperti merayakan Idul Fitri.
(Pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Agustus 1988)
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR